Suara.com - Banyak pasien virus corona Covid-19 yang berhasil sembuh, kembali dinyatakan terinfeksi virus lagi. Para ahli berpendapat bahwa infeksi virus ulang mungkin terjadi akibat tes medis yang tidak tepat.
Tapi, para ahli percaya bahwa salah satu alasan orang kembali terinfeksi virus corona Covud-19 karena virus menyerang sel-sel kekebalan. Sel kekebalan yang disebut limfosit T memainkan peran utama dalam kemampuan tubuh untuk mengidentifikasi infeksi dan meningkatkan respons.
Meskipun infeksi ulang akan menjadi skenario yang paling memprihatinkan karena implikasinya untuk mengembangkan kekebalan. Tetapi, CDC Korea mengatakan kondisi ini sebagai re-aktivasi dalam virus.
Kambuh bisa berarti bahwa sebagian virus masuk ke suatu keadaan yang tidak aktif untuk sementara waktu. Selain itu, beberapa pasien mungkin memiliki kondisi tertentu atau tingkat kekebalan lemah yang membuat orang rentan terhadap infeksi ulang virus.
Baca Juga: Mengenal Kanker Lidah Ibunda Nunung, Ternyata Berisiko pada Wanita Muda!
Kim Jeong-ki, seorang ahli virus di Korea University College of Pharmacy membandingkan kekambuhan setelah perawatan dengan pegas yang patah lagi setelah ditekan.
Pihaknya berpendapat bahwa pasien sembuh yang kambuh kembali, mungkin bukan berarti terinfeksi virus lagi. Kondisi itu bisa merupakan tanda tantangan baru untuk menahan penyebaran virus.
"Otoritas kesehatan Korea Selatan masih belum menemukan kasus pasien sembuh yang terinfeksi virus lagi bisa menyebarkan penyakitnya ke orang lain. Tetapi, infeksi ulang seperti itu bisa menjadi masalah besar," kata Seol Dai-wu, seorang ahli dalam pengembangan vaksin dikutip dari Daily Mail.
Sebuah studi baru-baru ini oleh para dokter di China dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa virus corona Covid-19 dapat merusak limfosit T atau sel T, yang memainkan peran sentral dalam sistem kekebalan tubuh dan kemampuan tubuh melawan infeksi.
Para peneliti yang bekerjasama di Universitas Fudan di Shanghai dan Pusat Darah New York menempatkan sel T dan virus corona Covid-19 dalam cawan petri.
Baca Juga: Ibunda Nunung Srimulat Meninggal karena Kanker Lidah, Waspadai Penyebabnya!
Mereka menemukan virus corona Covid-19 ini telah menonaktifkan limfosit T. Tetapi, efek ini tidak terlihat dalam percobaan yang menggabungkan sel-sel kekebalan tubuh dengan kerabat terdekat virus, seperti SARS.
Dalam penelitian ini, mereka memiliki jutaan sel limfosit T dan B yang bertanggung untuk mendeteksi infeksi virus, mengingatkan sel kekebalan tubuh dan menghentikan penyebaran infeksi.
Hasilnya, aktivitas berlebih dari vasiasi sel T bertanggung jawab sebagai sinyal infeksi yang disebut badai sitokin. Kondisi ini dianggap sebagai penyebab utama sebagian besar kematian akibat virus corona Covid-19.
Jenis lain dari sel-sel ini yang bisa disebut sel T pembunuh, membunuh sel-sel yang sudah terinfeksi oleh patogen. Virus corona Covid-19 ini juga sama dengan kanker. Sehingga sel-sel yang terbunuh akibat virus corona Covid-19 bisa mereplikasi dan memicu penyebaran penyakit di dalam tubuh.
Jika suatu penyakit seperti virus bisa mengatasi sel T, artinya seseorang tidak bisa melawan infeksi atau penyakit lain juga.
Dampak buruk dari HPV pada sel T adalah alasan sebagian besar orang yang terinfeksi dan mengeembangkan AIDS terbunuh oleh infeksi sekunder, bukan HIV itu sendiri.
Satu hal yang membuat ahli kebingungan adalah keberadaan virus corona Covid-19 yang merusak sel. Artinya, dokter tidak bisa mendeteksi tingkat kebangkitan virus atau ketika seseorang telah memiliki virus dan sel T tidak akan memicu produksi antibodi untuk mempertahannya.