Suara.com - Para ilmuwan telah mempelajari hubungan antara diet yang juga termasuk puasa, kesehatan usus, dan kesejahteraan mental.
Dilansir dari Aljazeera, ahli diet Michael Mosley menyatakan bahwa puasa dapat menyebabkan pelepasan BDNF di otak, yakni faktor neurotropik yang diturunkan dari otak.
"Ini telah terbukti melindungi sel-sel otak dan dapat mengurangi depresi dan kecemasan, serta risiko penyakit demensia," tambah Mosley.
Para ahli juga menemukan bahwa membatasi asupan makanan di siang hari dapat membantu mencegah masalah kesehatan seperti kolesterol tinggi, penyakit jantung dan obesitas, serta meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mental.
Baca Juga: Manfaat Buah Kurma yang Tak Terduga, Manis tapi Cocok Jadi Camilan Diet
Sementara, menurut Dr Walid Abdul-Hamid direktut Clinical and Consultant Psychiatrist di Priory Wellbeing Centre Dubai, puasa khususnya di bulan Ramadan memiliki manfaat untuk kesehatan mental.
"Berpuasa bukan hanya soal tidak makan. Anda juga menghindari pembicaraan yang berbahaya seperti berbicara dengan tidak sopan atau tidak senonoh dan juga menghindari tindakan negatif seperti berdebat atau bertengkar," kata Dr Walid yang dikutip dari Priory Wellbeing.
Menurutnya, dengan menghindari tindakan negatif, seseorang dapat fokus pada pengembangan perilaku terpuji dan meningkatkan jumlah perbuatan baik. Penelitian juga telah menunjukkan bahwa tindakan baik dapat meningkatkan endorfin yang memicu perasaan positif.
Melansir dari Aljazeera, dengan tidak mengonsumsi makanan apa pun, tubuh dapat berkonsentrasi untuk membuang racun, karena kita memberi istirahat pada sistem pencernaan.
"Puasa memungkinkan usus untuk membersihkan dan memperkuat lapisannya. Ini juga dapat merangsang proses yang disebut autophagy di mana sel membersihkan diri dan menghilangkan partikel yang rusak dan berbahaya," ujar nutrisionis, Claire Mahy pada Aljazeera.
Baca Juga: Serba Online, Begini Cara Muslim Inggris Akan Jalani Ramadan saat Pandemi