Beberapa ahli menduga total kasus sebenarnya di China, Italia, dan AS setidaknya 10 kali lebih tinggi daripada angka saat ini.
"Benar-benar tidak ada yang tahu. Banyak orang yang terlewat (tes)," kata Elizabeth Halloran, ahli biostatistik di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson dan Universitas Washington, dikutip Insider.
Salah satu rintangan terbesar dalam mendeteksi jumlah kasus virus corona yang akurat adalah kenyataan bahwa orang yang terinfeksi bisa tidak menunjukkan gejala.
"Kami tidak tahu berapa banyak infeksi tanpa gejala. Orang-orang itu, kami curigai, adalah sumber dari banyak penularan dalam populasi," sambungnya.
Baca Juga: Awal 1 Ramadan 1441 H Dimulai 24 April 2020, China Larang Ibadah di Masjid
Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, baru-baru ini memperkirakan antara 25% dan 50% orang yang terinfeksi virus corona mungkin tidak pernah menunjukkan gejala tetapi masih dapat menularinya.