Suara.com - Virus corona Covid-19 bisa erdampak buruk bagi orang yang memiliki penyakit bawaan, seperti kanker, jantung hingga diabetes. Tetapi, baru-baru ini seorang dokter menemukan gejala yang tidak biasa pada pasien corona Covid-19.
Pada hasil EKG, beberapa pasien corona Covid-19 terlihat mengalami serangan jantung besar. Tetapi, sinar-X mereka mengatakan sebaliknya.
Dokter pun bingung menemukan bahwa beberapa pasien corona Covid-19 menunjukkan gejala yang berhubungan dengan serangan jantung, yaitu lonjakan grafik elektrokardiogram (EKG). Bahkan kondisi ini juga terjadi pada pasien yang tidak pernah mengalami penyumbatan arteri jenis apapun.
Dr Sripal Bangalore, ahli jantung intervensi dan profesor kedokteran di NYU Langone Health dilansir oleh nypost.com mengatakan, mulanya asien tiba di rumah sakit dengan gejala seperti demam, sesak napas, batuk dan nyeri dada.
Baca Juga: Tak Hanya Orang Dewasa, Bocah 2 Tahun Juga Perlu Pakai Masker Kain
Para dokter lantas menemukan beberapa pasien corona Covid-19 mengalami gejala serangan jantung besar berdasarkan hasil EKG. Kondisi ini biasanya terjadi akibat penumpukan lemak di arteri koroner.
Tetapi, sekitar setengah dari 18 pasien yang termasuk dalam laporan itu tidak menunjukkan adanya penyumbatan arteri utama. Hal ini pun semakin membuat para dokter bingung.
Secara keseluruhan, 13 dari 18 pasien dalam penelitian meninggal dunia karena komplikasi virus corona Covid-19.
Sebanyak 13 kematian itu, 10 orang tidak menunjukkan adanya cedera miokard koroner dalam angigram mereka. Artinya, kerusakan pada jantung mereka bukan karena penyumbatan.
Kemudian, Bangalore mengatakan sekitar 33 persen pasien virus corona Covid-19 juga mengalami nyeri dada.
Baca Juga: Klaim Bahaya untuk Jantung, Brasil Setop Riset Klorokuin untuk Obat Corona
Penelitian ini penting karena bisa membantu dokter memberikan pengobatan yang lebih efektif untuk pasien virus corona Covid-19 yang mengalami nyeri dada, suatu gejala yang bisa menempatkan pasien pada kondisi darurat medis.
Bangalor menambahkan bahwa obat-obatan yang diberikan melalui infus untuk memecah gumpalan darah dan plak nampaknya tidak efektif untuk pasien virus corona Covid-19 dengan gejala seperti ini.
"Saya pikir hal yang bisa diambil dari penelitian kami bahwa mungkin obat penghancur gumpalan darah bukan pilihan terbaik sekarang ini," ujarnya.
Biasanya pasien dengan hasil EKG yang meningkat akan dilarikan ke kateterisasi atau laboratorium untuk angiogra, Tujuan tindakan ini untuk mengambil gambar pembuluh darah dan mendeteksi penyumbatan.
"Jika mereka tidak memiliki penyumbatan obstruktif, obat penghancur gumpalan darah pada mereka tidak akan berefek apa pun. Karena, obat itu tidak bisa mengerjakan apapun," kata Bangalor.
Sebaliknya, obat penghancur gumpalan darah ini bisa menimbulkan risiko pendarahan besar. Bangalore mengatakan bahwa miokarditis atau radang otot jantung biasanya terjadi dengan infeksi lain yang menyebabkan perubahan EKG.
Saat ini Bangalore dan rekan medisnya tidak bisa mendeteksi penyebab hasil EKG beberapa pasien corona Covid-19 meningkat. Tetapi, ada sejumlah kemungkinan yang bisa memengaruhinya tergantung pada pasien.
"Bisa jadi ini karena banyak pasien mengalami hipoksik atau kekurangan pasokan oksigen, suatu kondisi medis yang menggangu aliran darah ke jantung," jelasnya.
Bahkan tekanan psikologis akibat wabah virus corona Covid-19 juga bisa menyebabkan plak pecah dan menggumpal. Pada akhirnya, kondisi ini akan menghambat aliran darah melalui arteri.