Suara.com - Jaga jarak fisik yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah sekitar 1 meter. Tapi sebuah penelitian baru dari Kanada menemukan, bahwa percikan air liur batuk bisa melampaui batas jarak fisik.
Penelitian tersebut dipimpin oleh Universitas Western Kanada dan diterbitkan dalam jurnal Indoor Air.
Melansir dari South China Morning Post (SCMP), penelitian tersebut menemukan bahwa batuk yang tidak terhalang apapun bisa melemparkan percikan air liur hingga 6 kaki atau 2 meter dalam waktu kurang dari 3 detik.
Penelitian tersebut dilakukan jauh sebelum munculnya krisis kesehatan Covid-19, namun dianggap bisa menggambarkan seberapa cepat dan jauh transmisi air liur.
Baca Juga: DPR Minta Perusahaan Fasilitasi Antarjemput untuk Pegawainya yang Tidak WFH
"Bahkan ketika Anda berada 2,5 meter jauhnya, aliran udara dalam batuk masih bisa bergerak pada 200mm (delapan inci) per detik," kata Eric Savory, profesor dari departemen teknik mesin dan material di Universitas Western.
"Tetesan yang sangat halus akan tetap ditangguhkan di udara untuk waktu yang lama, bahkan setelah empat detik," tambahnya.
Oleh karena penggunaan masker dianggap bisa menjadi solusi. Sebuah studi terpisah di Amerika tentang virus corona baru juga telah memperkuat argumen penggunaan masker.
Penelitian Amerika tersebut melaporkan, bahwa menutup mulut dengan kain lembap membatasi emisi percikan liur saat berbicara.
Pada penelitian yang diterbitkan oleh The New England Journal of Medicine tersebut menemukan perbedaan percikan air liur ketika seseorang menutup mulutnya.
Baca Juga: TOK! PSBB Corona di Kota Makassar Mulai 24 April 2020
Dalam percobaan dengan mulut ditutup kain flanel sedikiti basah, orang yang berteriak dua kata tidak mengeluarkan percikan liur. Sementara dengan mulut terbuka, orang menghasilkan 350 percikan liur yang tersebar.