Suara.com - Peneliti Klaim Ada Jalan Pintas untuk Obat Corona Covid-19, Begini Caranya
Para peneliti mengklaim bahwa vaksin dengan "incomplete immunity" dapat menjadi potensi paling baik untuk mengobati pasien coronavirus.
Para ilmuwan di seluruh Amerika Serikat kini berlomba mengembangkan obat untuk mengekang wabah tersebut. Meski demikian, hingga saat ini belum ada pengobatan yang efektif. Namun beberapa percaya mungkin ada jalan pintas.
Seperti dilansir dari Daily Star, Kamis (16/4/2020), Dr Mark Denison, direktur penyakit menular anak di Vanderbilt University Medical Center di Nashville, Tennessee, mengatakan, ada bukti bahwa kekebalan tidak harus sterilisasi atau bahkan komprehensif untuk bisa melawan penyakit.
Baca Juga: Link Live Streaming Belajar dari Rumah Jumat 17 April 2020 di TVRI
Dia menambahkan bahwa kekebalan yang tidak lengkap berpotensi menyebabkan infeksi yang lebih ringan, meskipun mungkin tidak bisa memberikan perlindungan absolut.
"Itu tujuan utama yang lebih baik yang mungkin lebih dapat dicapai."
Dr Mark Denison mengatakan kekebalan 'tidak harus komprehensif'
Salah satu koleganya, Dr Kathryn Edwards, seorang profesor pediatri di Vanderbilt, mengatakan vaksin dengan "efektivitas 50%" akan lebih menarik. Food and Drug Administration (FDA) baru-baru ini menyetujui setidaknya 33 tes diagnostik.
ID Abbott Laboratories juga berhasil menciptakan kit yang dianggap memberikan hasil dalam waktu 15 menit. Selain itu, Presiden AS Donald Trump mengklaim bahwa mereka melewati puncak kasus baru, dan akan meningkatkan rencana untuk membuka kembali perekonomian.
Baca Juga: Ilmuwan Kembangkan Vaksin Campak untuk Lawan Virus Corona Covid-19
"Pertempuran berlanjut tetapi data menunjukkan secara nasional kita telah melewati puncak kasus baru."
Namun, beberapa beberapa jam kemudian, Universitas Johns Hopkins mengatakan AS telah mencatat 2.569 kematian dalam 24 jam terakhir. Ini menjad salah satu rekor global baru.
Trump telah banyak dikritik karena pendekatannya yang lambat dan tidak efektif terhadap pandemi. Awal pekan ini, ia meluncurkan serangan yang mengejutkan pada seorang jurnalis karena mengkritik kebijakannya dalam apa yang dijuluki "kehancuran terbesar dari pemimpin AS dalam sejarah".