Otoritas China Sudah Prediksi Covid-19 akan Jadi Pandemi Sejak Januari

Kamis, 16 April 2020 | 20:00 WIB
Otoritas China Sudah Prediksi Covid-19 akan Jadi Pandemi Sejak Januari
Tenaga medis di Kota Wuhan, China (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Otoritas China sudah prediksi Covid-19 bisa menjadi pandemi sejak Januari. Hal tersebut dilaporkan oleh Associated Press (AP) yang diterbitkan pada Rabu (15/4/2020).

Dilansir dari Business Insider, laporan tersebut berdasarkan sebuah memo panggilan telepon rahasia antara Ma Xiaowei, kepala Komisi Kesehatan Nasional dan pejabat kesehatan provinsi pada 14 Januari 2020.

Memo panggilan tersebut berbunyi: "penularan dari manusia ke manusia adalah mungkin dan semua daerah harus bersiap dan menanggapi pandemi".

Sayangnya, enam hari berikutnya otoritas kesehatan China malah secara terbuka menyatakan bahwa virus itu berisiko rendah bagi manusia.

Baca Juga: Ibu-ibu Korban Begal Justru Dirampok Oknum Polisi saat Pingsan di RS

Komisi Kesehatan Wuhan mengatakan pada 14 Januari, bahwa pihaknya tidak menemukan bukti (virus corona) berpotensi penularan dari manusia ke manusia.

"Keesokan harinya, Li Qun, kepala Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan darurat pusat, mengatakan kepada TV pemerintah bahwa risiko penularan dari manusia ke manusia rendah," kata pihak AP melaporkan.

Seorang staf medis dengan pakaian pelindung terlihat di depan seorang pasien dengan penyakit virus Corona Covid-19 di dalam sebuah unit perawatan intensif (ICU) di rumah sakit San Raffaele, Milan, Italia, Jumat (27/3/2020). [Antara/Reuters/Flavio Loscalzo]
Seorang staf medis dengan pakaian pelindung terlihat di depan seorang pasien dengan penyakit virus Corona Covid-19 di dalam sebuah unit perawatan intensif (ICU) di rumah sakit San Raffaele, Milan, Italia, Jumat (27/3/2020). [Antara/Reuters/Flavio Loscalzo]

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan apa yang dilaporkan dari China mengenai potensi rendah penularan antar manusia.

"Investigasi awal yang dilakukan oleh otoritas China tidak menemukan bukti yang jelas tentang penularan dari manusia ke manusia," tulis WHO melalui akun Twitternya pada 14 Januari.

Kasus virus corona pertama yang dilaporkan di luar China, yakni di Thailand pada 13 Januari 2020. Kasus tersebut mendorong pemerintah China untuk mengambil langkah-langkah internal dalam menghentikan wabah.

Baca Juga: Gabung ke Partai Demokrat, Anak Maruf Amin: Abah Akan Hormati Keputusan Ini

Pada saat itu, negara-negara Asia Selatan mulai mencari pedoman WHO tentang bagaimana mempersiapkan virus corona yang sudah menyebar ke Thailand.

"Pemerintah-pemerintah di seluruh dunia juga mempertimbangkan langkah-langkah pencegahan mana yang harus diterapkan dan mata mereka terpaku pada respons China. Dan selama enam hari, pemerintah Cina menyarankan, bahwa tidak ada yang perlu dilakukan," tambah pihak AP.

Kasus itu membuat para pejabat China ketakutan, tetapi tampaknya itu masih belum cukup untuk mengingatkan WHO.

Padahal sejak 6 Desember, dokter-dokter di Wuhan telah mengemukakan kekhawatiran bahwa orang-orang dapat tertular virus dari orang lain.

Manurut AP, pada 15 Januari, atas instruksi Ma, CDC China memprakarsai respons internal siaga tingkat satu. Pada minggu berikutnya, pejabat CDC dikirim ke seluruh negeri untuk melatih petugas kesehatan, mengumpulkan dana, mengumpulkan data tentang virus, dan mengawasi pengujian laboratorium.

Bandara, stasiun bis dan kereta api di provinsi Hubei diperintahkan untuk memeriksa suhu para penumpang.

Pada 17 Januari, Wuhan secara resmi melaporkan sekitar 50 kasus, tetapi ada kemungkinan 35 kali lebih banyak jika dilihat melalui pemodelan retrospektif dari Imperial College London.

Virus corona baru (2019-nCoV) berpotensi mengancam kesehatan global. (Shutterstock)
Virus corona baru (2019-nCoV) berpotensi mengancam kesehatan global. (Shutterstock)

Sementara 20 Januari, Presiden Xi akhirnya memberi tahu orang-orang untuk melakukan jarak sosial dan menghindari bepergian. Kemudian, seorang ahli epidemiologi Tiongkok, Zhong Nanshan, mengatakan kepada TV pemerintah bahwa virus itu sebenarnya ditularkan di antara manusia.

Sayangnya, lebih dari 1 miliar penduduk China dan seluruh dunia menjalani kehidupan mereka seperti biasa, tidak menyadari bencana yang akan datang.

"Dalam enam hari sebelumnya (14-20 Januari), lebih dari 3.000 orang terkena virus corona di China," ujar pihak AP. Sementara pada 20 Januari, China mengonfirmasi 224 kasus virus korona. Tetapi para ahli mengatakan jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.

"Periode ini juga menandai menjelang Tahun Baru Imlek, liburan terbesar di China, ketika jutaan orang di seluruh negeri melakukan perjalanan pulang untuk melihat keluarga mereka," tambahnya.

Menurut penelitian dari ilmuwan di Universitas Southampton Inggris yang terbit pada 13 Maret menyatakan, bahwa jika tanggal 14 Januari sudah ada tindakan, maka orang yang terinfeksi berkurang sekitar 60 persen.

"Jika pada 14 Januari pihak berwenang China mengatakan kepada orang-orang untuk tinggal di rumah, memakai masker, dan menahan diri untuk tidak bepergian, jumlah kasus mungkin telah berkurang sekitar 66 persen," tulis pihak peneliti Universitas Southampton.

"Jika mereka mengambil tindakan enam hari sebelumnya, akan ada lebih sedikit pasien dan fasilitas medis sudah cukup," kata Zuo-Feng Zhang, seorang ahli epidemiologis dari Universitas California di Los Angeles.

Tiga bulan setelahnya, per Kamis (16/4/2020), virus corona sudah mewabah ke suluruh dunia dengan 2.094.897 kasus. Sementara tingkat kematian sudah mencapai 135.569 kasus.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI