Terlalu Sering Main Gawai Saat di Rumah Aja, Bahaya Bagi Kesehatan Mental

Kamis, 16 April 2020 | 11:30 WIB
Terlalu Sering Main Gawai Saat di Rumah Aja, Bahaya Bagi Kesehatan Mental
Ilustrasi keluarga sedang asyik main gawai. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 dan pembatasan wilayah telah membatasi ruang gerak manusia. Tak heran jika pada akhirnya segala aktivitas dan kebutuhan pun jadi banyak bergantung pada gawai.

Bekerja, sekolah, menyapa keluarga dan kerabat jauh, bahkan hingga ikut kelas olahraga harus menggunakan platform panggilan video untuk tetap terhubung. Pada akhirnya, pandemi ini memaksa banyak orang menambah waktu penggunaan mereka dengan ponsel ataupun laptop.

Kabar buruknya, paparan layar gawai yang terlalu sering dapat berakibat buruk pada kesehatan mental.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Paediatrics, Juli 2019, menyimpulkan bahwa anak-anak muda yang menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar gawai lebih cenderung menunjukkan gejala depresi.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental, Orangtua Jadi Benteng Anak Agar Tidak Stres

Namun, penelitian lain yang diterbitkan beberapa bulan sebelumnya oleh para peneliti di University of Oxford menemukan bahwa menggunakan perangkat seperti smartphone, tablet, dan laptop masih tidak lebih buruk bagi kesehatan mental remaja daripada mereka yang makan lebih kentang goreng terlalu banyak.

Namun, melihat kenyataan pandemi saat ini banyak orang menggunakan perangkat digital mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain, bagaimana cara mengelola waktu agar tidak terpapar cahaya layar terlalu berlebihan?

Dr. Alice Good, dosen senior di School of Computing di University of Portsmouth, menjelaskan bahwa pembatasan ruang bergerak saat ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. Karena beberapa orang mungkin merasa semakin terisolasi di lingkungan mereka.

Oleh sebab itu, platform jejaring sosial menjadi jalan keluar agar kehidupan tetap terhubung.

"Kita harus mempertimbangkan bukan berapa lama penggunaan waktu layar yang kita miliki, tetapi bagaimana kita memilih untuk menggunakannya," kata Dr Good melansir dari laman Independent, Kamis (16/4/2020).

Baca Juga: FIFPro Ingatkan Ancaman Kesehatan Mental Pemain di Masa Pandemi Corona

Ia menambahkan bahwa banyak orang, termasuk dirinya sendiri, harus melakukan lebih banyak pekerjaan dari ponsel mereka dibandingkan sebelumnya.

“Beginilah keadaannya saat ini,” kata Dr. Good.

Meskipun demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan bahwa orang-orang harus mencoba untuk mengatur jarak waktu menatap layar gawai setiap hari. Pertimbangkan waktu istirahat secara rutin dari kegiatan di depan layar.

Selain itu, orangtua juga harus menemukan cara-cara efektif untuk menjaga anak-anak mereka memiliki aktivitas selama masa karantina.

Becca Cawthorne, petugas komunikasi senior di Childnet International, mitra di UK Safer Internet Centre, mengatakan bahwa menjadi tugas orangtua dan wali murid untuk memikirkan apa yang harus dilakukan anak-anak secara online selama belajar dari rumah.

“Selama masa pandemi ini, dapat dimengerti bahwa waktu online anak-anak akan meningkat secara signifikan dan bahwa ini dapat menimbulkan kekhawatiran,” kata Cawthorne.

Ia mengatakan, anak-anak harus diatur kapan perlu menggunakan layar digital dan menetapkan batas-batas yang jelas.

Batasi media sosial

Media sosial memang mempertemukan orang dari mana pun. Tapi media sosial juga dapat menyebabkan kepanikan, terutama dalam masa wabah virus sekarang akibat banyaknya informasi yang belum tentu benar dan tersebar luas.

Jika Anda termasuk yang merasa cemas saat menggunakan media sosial saat ini, Mental Health Foundation menyarankan untuk membatasi waktu penggunaan di platform seperti Twitter atau Facebook.

“Apakah ada akun atau orang tertentu yang meningkatkan kekhawatiran atau kecemasan Anda? Pertimbangkan untuk berhenti mengikuti akun tersebut," kata Chris O'Sullivan, kepala penggalangan dana dan komunikasi untuk Yayasan Kesehatan Mental di Skotlandia dan Irlandia Utara.

Ia menyarankan untuk memfokuskan sebagian besar perhatian hanya pada hal-hal baik di media sosial.

Demikian juga sebaliknya. O'Sullivan menyarankan jika Anda yang akan berbagi konten, maka harus melakukannya dengan hati-hati dan mempertimbangkan mental orang lain.

“Pikirkan tentang apa yang akan Anda bagikan dan siapa saja yang bisa melihat," katanya.

WHO juga telah menyarankan, sebaiknya sisihkan waktu tertentu untuk mencari informasi terbaru jika diperlukan.

Yayasan Kesehatan Mental menambahkan bahwa penting untuk menemukan keseimbangan jika berita yang tersebar justru menyebabkan diri sangat tertekan.

"Yang terbaik adalah Anda tidak menghindari semua berita. Tetapi batasi asupan berita Anda jika itu mengganggu," kata organisasi itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI