Suara.com - Bukan hanya Anda yang sulit tidur karena gelisah di tengah pandemi Covid-19 ini. Studi terbaru juga menyebutkan banyaknya tenaga kesehatan garda depan yang melawan pandemi virus corona mengalami kesulitan tidur.
Peneliti pada studi tersebut juga menemukan bahwa mereka yang memiliki insomnia juga akan mengalami depresi, kecemasan, dan trauma yang didasari stres.
Studi ini melibatkan hampir 1.600 tenaga kesehatan yang menyelesaikan kuesioner online antara 29 Januari hingga 3 Februari di puncaknya wabah Covid-19 di China.
Dua pertiga atau 36 persen di antaranya melaporkan gejala insomnia. Tingkat depresi secara keseluruhan sangat tinggi pada mereka yang memiliki insomnia (87 persen) ketimbang mereka yang tidak memilikinya (31 persen).
Baca Juga: PDSKJI Teliti Kesehatan Mental Tenaga Kesehatan yang Tangani Covid-19
Persentase dan perbedaan antara mereka yang dengan dan tanpa insomnia mirip dengan hasil untuk kecemasan dan trauma yang didasari stres, demikian dilaporkan WebMD.
Faktor terpenting terkait insomnia di antara tenaga kesehatan adalah ketidakpastian yang kuat tentang pengendalian efektif penyakit di antara para tenaga kesehatan.
Dan rasa ketidakpastian yang kuat ini 3,3 kali lebih tinggi pada mereka yang mengidap insomnia ketimbang yang tidak.
Pendidikan yang rendah juga terkait dengan insomnia. Para tenaga kesehatan lulusan SMA atau kurang, 2,7 kali lebih mungkin mengalami insomnia dibanding mereka yang memiliki gelar doktor.
"Secara umum, insomnia terkait stres bersifat sementara dan hanya berlangsung selama beberapa hari," kata Bin Zhang, penulis studi tersebut, dan profesor di Southern Medical University di Guangzhou, China.
Baca Juga: Corona Covid-19 Bikin Tenaga Kesehatan Rentan Depresi, Psikiater Buka Suara
"Tetapi apabila wabah Covid-19 berlanjut, insomnia ini perlahan bisa menjadi insomnia kronis dalam aturan klinis," lanjutnya.