Mengancam Petugas Laboratorium, Virus Corona Bisa Bertahan di Suhu Tinggi

Rabu, 15 April 2020 | 14:12 WIB
Mengancam Petugas Laboratorium, Virus Corona Bisa Bertahan di Suhu Tinggi
Novel Coronavirus (nCoV) alias virus corona yang sedang mewabah di China. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Virus corona penyebab Covid-19 bisa bertahan lama di suhu tinggi. Hal tersebut dinyatakan oleh tim peneliti Universitas Aix-Marseille di Prancis.

Melansir dari South China Morning Post (SCMP), profesor Remi Charrel dan rekan-rekannya memanaskan virus corona dalam suhu hingga 60 derajat Celcius (140 Fahrenheit) selama satu jam. Selama itu, virus Covid-19 masih ada dan bisa bereplikasi.

Setelah pemanasan, strain virus di lingkungan yang bersih dinonaktifkan sepenuhnya. Namun, beberapa strain dalam sampel kotor tetap bertahan.

Proses pemanasan tersebut menghasilkan penurunan infektivitas yang jelas tetapi strain virus yang hidup masih cukup untuk dapat menginfeksi.

Baca Juga: Kabar Kurang Baik, Anak Nycta Gina Sudah 2 Hari Demam

Menurut para peneliti, protokol pemanasan virus di suhu 60 derajat celcius, selama satu jam telah diadaptasi di banyak laboratorium pengujian untuk menekan berbagai virus mematikan, termasuk Ebola.

Novel Coronavirus (nCoV) alias virus corona yang sedang mewabah di China. (Shutterstock)
Novel Coronavirus (nCoV) alias virus corona yang sedang mewabah di China. (Shutterstock)

"Untuk virus corona baru, suhu ini mungkin cukup untuk sampel dengan viral load rendah karena dapat membunuh sebagian besar strain. Tetapi mungkin berbahaya untuk sampel dengan jumlah virus yang sangat tinggi," menurut para peneliti sepeti yang dikutip dari SCMP.

Tim Prancis menemukan suhu yang lebih tinggi dapat membantu memecahkan masalah. Misalnya, memanaskan sampel hingga 92 derajat celcius selama 15 menit dapat membuat virus menjadi benar-benar tidak aktif.

Namun, suhu tinggi seperti itu juga dapat sangat memecah RNA virus dan mengurangi sensitivitas tes. Oleh karena itu para peneliti menyarankan menggunakan bahan kimia daripada pemanasan untuk membunuh virus corona.

"Hasil yang disajikan dalam penelitian ini bisa membantu untuk memilih protokol yang paling cocok untuk inaktivasi dan mencegah paparan virus ke personil laboratorium," tulis penelitian tersebut.

Baca Juga: Tolak Bala Virus Corona, Warga Tegalrejo Pasang Gentong Air di Depan Rumah

Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menunjukkan hasil tes cepat (rapid test) pendektesian COVID-19 kepada orang dalam pengawasan (ODP) di Bogor, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.)
Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menunjukkan hasil tes cepat (rapid test) pendektesian COVID-19 kepada orang dalam pengawasan (ODP) di Bogor, Jawa Barat. (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.)

"Baik yang bertanggung jawab atas deteksi langsung dan tidak langsung Sars-CoV-2 untuk tujuan diagnostik," tambahnya.

Virus corona yang bertahan di suhu panas juga terbukti dalam laporan yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network Open awal bulan April. Sebuah tim peneliti China melaporkan ada wabah Covid-19 di pemandian umum di Huaian, di provinsi timur Jiangsu.

Seorang pasien mengunjungi pusat pemandian air panas untuk mandi dan sauna. Kemudian delapan orang, termasuk anggota staf terinfeksi selama sekitar dua minggu.

Pemandian tersebut memiliki suhu lebih tinggi dari 40 derajat Celcius dan kelembapan rata-rata 60 persen.

"Transmisibilitas Sars-CoV-2 tidak menunjukkan tanda-tanda melemahnya dalam kondisi hangat dan lembap," tulis laporan jurnal tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI