Suara.com - Ilmuwan China siap untuk menjalankan kembali uji klinis atau uji coba kepada manusia terhadap dua kandidat vaksin Covid-19.
Mengutip laman Caixing Global, Rabu (15/4/2020), salah satu kandidat vaksin itu dikembangkan oleh China National Pharmaceutical Group Corp (Sinopharm) yang berpusat di Institut Virologi Wuhan yang sudah memperoleh persetujuan regulasi dari pemerintah pada Minggu (12/4/2020) lalu.
Sedangkan kandidat vaksin kedua dikembangkan sekelompok lembaga yang dipimpin oleh Sinovac Reasearch & Development Co.Ltd, yang juga memperoleh persetujuan untuk uji klinis di hari yang sama.
Sinovac R&D adalah anak perusahaan Sinovac Biotech Ltd yang legal di Nasdaq, yang juga pernah terlibat dalam pengembangan vaksin fase awal pada saat wabah SARS pada 2003 silam.
Baca Juga: Virus Corona Bermutasi, Ilmuwan Khawatir Pengembangan Vaksin Sia-sia
Sementara itu, proyek Sinopharm merekrut sebanyak 1.396 sukarelawan yang belum pernah tertular virus dari Provinsi Henan untuk menjalani 2 tahap pertama percobaan pada manusia.
Percobaan akan terus dilakukan hingga 10 November 2021, mengingat uji coba klinis harus melewati tiga tahap pada manusia, untuk membuktikan jaminan keamanan dan efektivitas vaksin.
Vaksin sendiri dikembangkan di laboratorium bermutu tinggi Institut Virologi Wuhan, yang terletak di pusat penyebaran paling awal dimana virus corona atau yang bernama ilmiah SARS CoV 2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 ditemukan.
Sementara R&D dan mitranya mulai mengembangkan vaksin pada 28 Januari lalu, memulai uji coba pada hewan pada 3 Maret. Kemudian mereka mengajukan uji coba klinis pada manusia pada 12 April, dan mendapat persetujuan pada hari setelahnya.
Mengingat, hingga saat ini belum ada pengobatan yang cukup efektif untuk Covid-19 yang telah merenggut ratusan ribu nyawa di seluruh dunia ini, para ilmuwan bekerja cepat untuk mengembangkan vaksin yang bisa menghentikan persebaran virus mematikan ini.
Baca Juga: Usai Jadi Relawan Ebola, Lelaki Ini Ikut Uji Coba Vaksin Virus Corona
Para produsen obat juga didesak untuk meluncurkan vaksin secepat mungkin. Sehingga secara drastis bisa mengurangi lama pengembangan vaksin yang bisa memakan waktu lebih dari 10 tahun.