Bermasalah, Studi Klorokuin untuk Covid-19 Dihentikan Lebih Awal di Brasil

Selasa, 14 April 2020 | 11:34 WIB
Bermasalah, Studi Klorokuin untuk Covid-19 Dihentikan Lebih Awal di Brasil
Klorokuin fosfat (chloroquine phosphate) merupakan senyawa sintetis (kimiawi) yang memiliki struktur sama dengan quinine sulfate. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Studi yang menguji obat anti-malaria klorokuin terhadap Covid-19 oleh peneliti dari Brasil harus dihentikan lebih awal lantaran sekelompok pasien mengonsumsinya dalam dosis tinggi. Beberapa pasien ini pun mengalami masalah irama jantung yang berbahaya.

Klorokuin dan hidroksiklorokuin menjadi topik utama dalam beberapa pekan terakhir setelah Donald Trump menyebut obat-obatan ini berpotensi sebagai obat Covid-19, walau FDA belum menyutujuinya.

Dilansir Live Science, peneliti Brasil berencana untuk mendaftarkan 440 orang dalam studi mereka untuk menguji apakah klorokuin adalah pengobatan yang aman dan efektif untuk Covid-19.

Tetapi, peserta dianjurkan untuk mengambil obat dalam dosis tinggi (600 miligram dua kali sehari selama 10 hari) atau dosis rendah (450 miligram selama lima hari, dengan dosis ganda hanya pada hari pertama).

Baca Juga: Bahaya Klorokuin, Hidroksiklorokuin dan Azitromisin untuk Obat Covid-19

Penelitian ini adalah 'buta ganda', yang artinya baik dokter maupun pasien tidak tahu dosis mana yang mereka terima.

Avigan dan Klorokuin disebut efektif mengobati pasien yang terinfeksi virus corona atau Covid-19. (Shutterstock)
Avigan dan Klorokuin disebut efektif mengobati pasien yang terinfeksi virus corona atau Covid-19. (Shutterstock)

Namun, setelah mendaftarkan hanya 81 pasien, para peneliti melihat beberapa tanda yang mengkhawatirkan.

Dalam beberapa hari setelah memulai pengobatan, lebih banyak pasien dalam kelompok dosis tinggi mengalami masalah irama jantung daripada mereka yang berada dalam kelompok dosis rendah.

Dua pasien dalam kelompok dosis tinggi mengalami detak jantung yang cepat dan abnormal dikenal sebagai takikardia ventrikel, sebelum akhirnya mereka meninggal.

Sebagai hasil dari temuan ini, para peneliti segera menghentikan kelompok studi dosis tinggi. Mereka memeringatkan agar tidak menggunakan dosis tinggi untuk setiap pasien Covid-19.

Baca Juga: Peneliti Belum Bisa Pastikan Obat Malaria Klorokuin Dapat Atasi Covid-19

"Studi kami menaikkan bendera merah untuk menghentikan penggunaan dosis tinggi seperti itu... di seluruh dunia untuk menghentikan kematian yang tidak perlu," tulis peneliti dalam makalah yang diunggah 11 April di basis data medRxiv. Makalah ini belum diterbitkan dalam jurnal peer-review.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI