Suara.com - Pantai, danau, hingga kolam masih menjadi pertanyaan mengenai kemungkinannya dalam terkontaminasi virus corona Covid-19.
Dilansir dari WebMD, Kimberly Prather, PhD, direktur NSF Center for Aerosol Impacts on Chemistry of the Environment, mengatakan ada kemungkinan kecil bahwa di daerah-daerah di mana air laut bercampur dengan air limbah yang tidak diolah bisa terkontaminasi oleh virus.
"Gelombang ombak bisa mengaerosolisasi dan angin bisa membawanya kembali ke pantai. Ketika limbah mentah mencapai lautan, pantai-pantai terdekat harus ditutup untuk para perenang," kata Prather pada WebMD.
Masih dilansir dari WebMD, virus corona telah ditemukan dalam tinja yang dapat berakhir di saluran air limbah yang tidak diolah.
Baca Juga: 4.557 Warga Positif Corona, Bukti Nyata Aktivitas Sosial Belum Dibatasi
Para peneliti sendiri telah menemukan bahwa bakteri di dalam air dapat menyebabkan lebih dari 90 juta kasus gastrointestinal, pernapasan, telinga, penyakit mata, dan penyakit terkait kulit.
"Jadi mungkin saja ada virus corona di air laut yang dekat limpasan air limbah," kata Charles Gerba, PhD, profesor mikrobiologi dan imunologi di University of Arizona.
Charles Gerba telah mempelajari virus corona dalam air dan menemukan virus tersebut dapat bertahan hidup selama 2 hingga 3 hari di air. Tetapi masih belum jelas apakah virus corona dalam tinja bisa menular.
"Saya akan lebih khawatir tentang hepatitis saat berenang di pembuangan limbah itu risiko yang jauh lebih besar daripada virus corona ditularkan melalui air," tambahnya.
Prather juga mengatakan dia lebih khawatir terhadap kondisi pantai yang berangin daripada virus di air itu sendiri.
Baca Juga: Bandel Tetap Buka, Puluhan Toko di PGC Dipaksa Tutup saat PSBB Corona
"Kekhawatiran saya adalah bahwa di pantai yang berangin itu membuat jarak sosial sejauh 6 kaki menjadi tidak cukup," kata Prather.