Suara.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO melaporkan seorang pria berusia 26 tahun menjadi orang pertama yang terinfeksi Ebola di Republik Demokratik Kongo (DRC) sejak Februari, pada Jumat (10/4/2020).
Dialihbahasakan dari DW, otoritas kesehatan regional melaporkan pria tersebut pun meninggal akibat virus tersebut.
"Sayangnya, ini artinya pemerintah DRC tidak akan dapat mengumumkan berakhirnya wabah Ebola pada Senin, seperti yang diharapkan," tutur Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepala WHO.
WHO mengatakan pihaknya berkomitmen untuk bekerja sama dengan pemerintah, masyarakat yang terkena dampak dan mitranya untuk mengakhiri wabah Ebola.
Baca Juga: Begini Tata Cara Pengurusan Jenazah Korban COVID-19, seperti Kasus Ebola
Wabah yang berkelanjutan ini dinyatakan pada Agustus 2018 dan sejak sata itu telah membunuh 2.200 orang. Ini juga yang mendorong upaya vaksinasi besar, lebih dari 300.000 warga Kongo menerima imunisasi.
Namun, setelah tidak melihat infeksi selama beberapa minggu, pihak berwenang bersiap untuk mengumumkan epidemi itu.
Matshidiso Moeti, kepala WHO di Afrika mengaku sedih mendengar adanya kasus Ebola baru, tetapi berjanji bahwa WHO akan terus bekerja dengan Kementerian Kesehatan Kongo untuk mengakhiri epidemi tersebut.
Kepala darurat WHO, Mike Ryan, juga mengatakan kembalinya Ebola ke Kongo menunjukkan adanya krisis global.
"Tidak ada strategi keluar sampai Anda mengendalikan situasi. Kalian harus selalu siap untuk memulai lagi, jangan pernah terkejut," katanya.
Baca Juga: Vaksin Ebola Buatan Johnson & Johnson akan Diuji Coba di Kongo
WHO mencatat pada 10 April 2020 sudah ada 3456 kasus yang dikonfirmasi dan yang diduga ada, serta sudah ada 2.276 kematian akibat Ebola di Kongo.
Selain epidemi Ebola, Kongo juga dilanda pandemi Covid-19.