Parah, 80% Pasien Corona New York Meninggal Usai Pakai Ventilator Kok Bisa?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Sabtu, 11 April 2020 | 19:45 WIB
Parah, 80% Pasien Corona New York Meninggal Usai Pakai Ventilator Kok Bisa?
Medical ventilator yang sangat dibutuhkan para pasien Covid-19. [Shutterstock].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Parah, 80% Pasien Corona New York Meninggal Usai Pakai Ventilator Kok Bisa?

Kematian pasien Covid-19 setelah menggunakan ventilator membuat para dokter kembali mempertimbangkan hal itu. Seperti dilansir dari Business Insider, beberapa dokter kini berusaha untuk meminimalisir penggunaan alat tersebut.

Ventilator, mesin yang digunakan untuk membawa oksigen ke paru-paru seseorang, biasanya hanya digunakan untuk pasien yang paling parah terkena penyakit pernapasan.

Para ahli mengatakan bahwa sekitar 40 persen hingga 50 persen pasien dengan masalah pernapasan parah meninggal saat menggunakan ventilator. Kini, pejabat New York City mengatakan setidaknya 80 persen pasien coronavirus yang memakai ventilator akhirnya meninggal.

Baca Juga: Hits: Teori Konspirasi, Ratusan Anak Muda Meninggal Akibat Covid-19

Ilustrasi pasien menggunakan alat bantu pernapasan. (Shutterstock)
Ilustrasi pasien menggunakan alat bantu pernapasan. (Shutterstock)

Seperti diketahui, hingga saat ini New York memiliki kasus Covid-19 dan kematian yang paling tinggi di AS. Selain itu, ada juga laporan tingkat kematian yang luar biasa tinggi di antara pasien dengan ventilator di tempat lain di AS dan di Cina dan Inggris.

Penggunaan ventilator sendiri merupakan langkah ekstrem yang disimpan, jika kondisi pasien makin parah. Angka kematian yang lebih tinggi bisa menjadi akibat dari ini.

Selain itu, hingga kini juga belum ada ada obat yang disetujui untuk melawan virus corona. Sementara itu, Tiffany Osborn, spesialis perawatan kritis di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, mengatakan bahwa ventilator sebenarnya dapat merusak paru-paru pasien.

"Ventilator itu sendiri dapat merusak jaringan paru-paru berdasarkan berapa banyak tekanan yang dibutuhkan untuk membantu oksigen diproses oleh paru-paru," katanya.

Dr. Negin Hajizadeh, seorang dokter perawatan kritis paru di Hofstra / Northwell School of Medicine di New York, juga mengatakan bahwa meski ventilator bekerja dengan baik untuk orang dengan penyakit seperti pneumonia, mereka tidak serta merta bekerja untuk pasien coronavirus.

Baca Juga: Viral Cara Sterilkan Masker Bedah Bekas Pakai, Hanya Butuh Penanak Nasi!

Dia mengatakan bahwa sebagian besar pasien coronavirus dalam sistem rumah sakitnya yang memakai ventilator belum pulih.

Dia menambahkan bahwa coronavirus melakukan lebih banyak kerusakan pada paru-paru daripada penyakit seperti flu. Ini karena ada cairan dan sitokin kimia beracun lainnya.

Salah satu temuan paling penting dalam beberapa dekade terakhir adalah ventilator medis dapat memperburuk cedera paru-paru. Sehingga harus berhati-hati dalam menggunakannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI