Suara.com - Beredar Teori Konspirasi Kematian Corona Covid-19 di AS Dilebih-lebihkan, Ahli Ungkap Fakta
Sejak terus beredarnya virus corona atau Covid-19 di lebih dari 200 negara di seluruh dunia, beberapa teori konspirasi sempat beredar. Salah satunya yang menyebut bahwa jumlah resmi kematian akibat Corona Covid-19 di Amerika Serikat dilebih-lebihkan.
Tapi, hal itu dibantah oleh Anthony Fauci, seorang pakar penyakit menular terkenal di Amerika Serikat. Menurut lelaki yang pernah menjabat sebagai direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular sejak tahun 1984 ini, klaim tersebut sangatlah tidak berdasar.
"Jelas tidak ada bukti bahwa itulah kasusnya. Saya rasa ini termasuk hal yang disayangkan, tentang teori konspirasi yang kita dengar ini. Tiap kali kita memiliki krisis, hal seperti ini selalu muncul," katanya kepada situs NBC.
Baca Juga: WHO Balas Kritik Trump Soal Penanganan Virus Corona
Menurut penghitungan resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), hingga akhir Rabu (8/4/2020) dikatakan ada 12.754 pasien meninggal dunia di AS karena virus corona, dari total 395.011 orang yang terkonfirmasi positif.
Jumlah kematian jadi berlipat ganda sejak minggu lalu. Sementara itu, New York masih terus menjadi pusat krisis setelah mengalami total kasus infeksi lebih banyak dari keseluruhan Spanyol, bersamaan dengan 4.000 kematian.
Pakar kesehatan banyak mengkritik kurangnya perencanaan yang dilakukan oleh Presiden Trump sehingga AS menjadi hotspot virus corona global, demikian dikutip dari The Guardian.
Selain itu, ada juga masalah kelangkaan tes dan peralatan yang menyebabkan rumah sakit kewalahan di berbagai tempat. Mereka menyatakan putus ada mencari sumber ventilator, masker, dan gaun APD.
Brit Hume dari Fox News, sebelumnya mencuit bahwa kematian di New York telah dilebih-lebihkan, muncul dalam acara tengah malam Tucker Carlson, untuk mengklaim bahwa siapapun yang mengidap virus tersebut akan dihitung sebagai kematian akibat Corona Covid-19, terlepas penyakitnya benar atau tidak.
Baca Juga: WHO : Virus Corona Jangan Dijadikan Politisasi
"Mungkin ada berbagai macam alasan mengapa orang mencari-cari hitungan kematian yang tidak akurat. Saat jurnalis bekerja dengan angka, terkadang ada agenda," kata Carlson.
Sementara itu, CDC menyatakan kurang lebih 90 persen pasien virus Corona Covid-19 yang dirawat setidaknya memiliki satu penyakit penyerta. Orang kulit hitam dan lanjut usia secara tidak proporsional dirawat di rumah sakit karena virus, disebabkan meningkatnya kondisi lain seperti diabetes, hipertensi, atau masalah pernapasan.
Oleh karena itu, faktanya angka kematian virus Corona Covid-19 yang sebenarnya lebih tinggi daripada yang dikira para tokoh tersebut, ketimbang dilebih-lebihkan. CDC juga sudah mengakui bahwa perhitungannya 'terlalu rendah' karena hanya menghitung kasus yang telah dikonfirmasi dalam uji laboratorium.
Ahli epidemiologi mengatakan bahwa kurangnya pengujian Amerika Serikat juga menyebabkan banyak orang meninggal tidak dihitung sebagai pasien Covid-19. Sementara mereka yang meninggal di rumah atau rumah perawatan tidak dites virus tersebut.
"Saya pikir malah lebih banyak kemungkinan kehilangan angka yang benar-benar termasuk kematian akibat virus corona yang tidak terhitung. Tapi saya tidak berpikir angka itu cukup signifikan untuk benar-benar mengubah tren yang kita lihat, sama sekali," pungkas Fauci.