Suara.com - Orang dengan diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi adalah kelompok yang paling rentan terhadap virus corona Covid-19, seperti sindrom pernapasan akut (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV).
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) dilansir oleh Nature, pasien dengan diabetes melitus tipe 2 dan sindrom metabolik 10 kali lebih berisiko meninggal dunia ketika terinfeksi virus corona Covid-19.
Diabetes melitus tipe 2 dan sindrom metabolik meningkatkan risiko pasien mengalami gejala lebih parah ketika terkena penyakit menular. Tapi, ada beberapa aspek mekanistik spesifik tambahan dalam infeksi virus corona yang memerlukan pertimbangan terpisah.
Hiperglikemia dan diagnosis diabetes melitus tipe 2 adalah prediktor independen mortalitas dan mobiditas pada pasien yang terinfeksi SARS. Kondisi ini bisa terjadi karena pasien memiliki keadaan peradangan metabolik yang membuatnya rentan terhadap pelepasan sitokin.
Baca Juga: Ngeri, Risiko Kematian Akibat Meningitis pada Orang Dewasa 37 Persen
Pada kasus corona Covid-19, pelepasan sitokin atau tingkat inflamasi sitokin yang tinggi bisa menyebabkan kegagalan multi-organ pada pasien dengan penyakit kronis.
Peradangan metabolik juga akan membahayakan sistem kekebalan tubuh, mengurangi kemampuan tubuh mengatasi infeksi, mengganggu proses penyembuhan dan memperlambat pemulihan.
Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa kormobid diabetes melitus tipe 2 menyebabkan disregulasi imun dan meningkatkan keparahan penyakitnya ketika terinfeksi MERS-CoV.
Data ini mendukung hipotesis bahwa kombinasi infeksi virus corona dan diabetes melitus tipe 2 memicu respons kekebalan tubuh, menghasilkan patologi paru-paru yang lebih buruk.
Ada pula hubungan antara diabetes melitus tipe 2 denga metabolisme langsung. Pada pankreas, pengikatan virus corona SARS ke reseptornya enzim pengonversi ectoenzyme angiotensin 2 bisa mengurangi pelepasan insulin.
Baca Juga: Belajar dari Meninggalnya Glenn Fredly, Ini Cara Mencegah Meningitis
Sebuah studi telah meneliti pasien dengan SARS yang tidak memiliki riwayat diabetes melitus 2 dan tidak menerima pengobatan steroid dibanding dengan orang yang sehat selama masa tindak lanjut 3 tahun.
Hasilnya, lebih dari 50 persen pasien dalam penelitian ini justru menderita diabetes selama menjalani rawat inap untuk infeksi SARS-CoV. Setelah 3 tahun masa pemulihan dari infeksi virus, hanya 5 persen pasien yang tetap menderita diabetes.
Studi pada tikus yang menderita diabetes juga menunjukkan aktivitas enzim pengonversi ectoenzyme angiotensin 2 yang meningkat di pankreas. Temuan ini menunjukkan bahwa pasien dengan diabetes melitus tipe 2 sangat rentan terhadap infeksi virus corona.
Karena itu, kontrol optimal diabetes melitus tipe 2 dan paramenter metabolik yang terkait pada pasien dengan corona Covid-19 adalah hal wajib dilakukan. Mengingat, risiko komplikasi pada pasien diabetes melitus tipe 2 sangat besar.