Suara.com - Selandia Baru, sebuah negara pulau kecil dengan populasi kurang dari lima juta penduduk memberlakukan sistem lockdown selama satu bulan, tujuannya adalah untuk 'menghilangkan' virus corona baru yang saat ini menjadi pandemi global.
Ternyata pemberlakuan tersebut dinilai berhasil karena selama empat hari berturut-turut negara ini melaporkan penurunan jumlah kasus setiap harinya.
Pada Kamis (9/4/2020) negara ini hanya melaporkan adanya 29 kasus yang artinya membuat total pasien terinfeksi menjadi 1.239, termasuk satu kematian. Kasus ini pun hanya ada di 14 rumah sakit dan 317 orang telah dinyatakan pulih.
"Kami 'berbelok' dan komitmen kalian memberi arti bahwa rencana kita berhasil," kata Perdana Menteri Jacinda Ardern dalam pidatonya, dikutip CNN.
Baca Juga: Di Tengah Pandemi Corona, Tiga Astronot akan Kembali ke Bumi
Bagi negara lain kasus positif kemungkinan menjadi alasan untuk memberlakukan lockdown.
Sebaliknya, Ardern justru memperketat pembatasan perbatasan, yang berarti semua orang yang tiba di Selandia Baru diharuskan untuk melakukan karantina selama dua minggu dalam fasilitas yang disetujui, daripada mengisolasi diri di rumah.
Aturan ini hanya berlaku bagi warga negara itu saja, warga negara asing sudah tidak diperbolehkan ke masuk sejak 20 Maret lalu.
"Aku tidak ragu untuk mengatakan bahwa apa yang telah dilakukan masyarakat Selandia Baru selama dua minggu terakhir (langkah) yang sangat besar."
"Kalian membuat keputusan ini bersama, kita bisa melindungi satu sama lain. Dan kalian sudah (melakukannya). Kalian sudah menyelamatkan banyak nyawa."
Baca Juga: Amankah Merayakan Hari Paskah di Tengah Pandemi Corona Covid-19?
"Tapi seperti yang aku bilang, hal ini akan jadi maraton (berlanjut)."
Memang ada dua keunggulan dari Selandia Baru dalam memerangi pandemi Covid-19, yaitu geografi dan waktu.
Selandia Baru baru mengonfirmasi kasus pertamanya pada 28 Februari. Pada 29 Maret, negara ini mengonfirmasi kematian pertama, hingga saat ini.
Menurut ahli mikrobiologi Universitas Auckland, Siouxsie Wiles, mereka juga memiliki keuntungan dengan menjadi pulau yang jauh dari kebanyakan negara lain, dengan penerbangan lebih sedikit daripada tempat lain.
Itulah sebabnya Ardern mengatakan menjadi sebuah pulau adalah "keuntungan berbeda dalam kemampuan kita untuk memberantas virus".
Tapi, pembelajaran nyata dari Selandia Baru adalah kombinasi antara ilmu pengetahuan dan kepemimpinan yang baik yang mana termasuk rapid test yang luas, kata Profesor Michael Baker, dari Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Otago.