Peneliti: Penutupan Sekolah Tidak Berefek Signifikan Pada Persebaran Corona

Selasa, 07 April 2020 | 22:10 WIB
Peneliti: Penutupan Sekolah Tidak Berefek Signifikan Pada Persebaran Corona
ilustrasi penutupan sekolah karena pandemi virus Corona Covid-19. [ANTARA FOTO/Nova Wahyudi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Riset dari Inggris menyebut penutupan sekolah tidak memiliki dampak signifikan dalam pencegahan penyebaran virus Corona Covid-19. Hal ini merupakan hasil riset terbaru yang diterbitkan oleh University College London (UCL).

Mengalihbahasakan dari The Guardian, penutupan sekolah harus kembali memikirkan konsekuensi ekonomi dan sosial yang mendalam, terutama untuk anak-anak yang paling rentan.

Menurut badan pendidikan PBB, Unesco, lebih dari 90% siswa di dunia telah dipengaruhi oleh penutupan. Penelitian UCL adalah studi pertama yang melihat dampak penutupan sekolah pada penyebaran virus corona.

Studi yang dipimpin UCL menyimpulkan bahwa penutupan sekolah untuk memerangi Covid-19 sangat lemah. Dari data statistik wabah influenza menunjukkan penutupan sekolah bisa memiliki efek yang relatif kecil pada virus dengan transmisi tinggi seperti Covid-19.

Baca Juga: PA 212 soal Panduan Ibadah Ramadan Kemenag: Terkesan Batasi Syiar Islam

Sementara virus corona juga memiliki efek klinis yang jelas rendah pada anak sekolah.

Tim peneliti meninjau 16 studi tentang wabah dari virus lainnya, termasuk epidemi Sars 2003 di China, Hong Kong dan Singapura. Epidemi tersebut menampilkan, bahwa penutupan sekolah tidak membantu mengendalikan epidemi.

Ilustrasi ujian nasional / sekolah (pixabay)
Ilustrasi ujian nasional / sekolah (pixabay)

“Kami tahu dari penelitian sebelumnya bahwa penutupan sekolah kemungkinan memiliki efek terbesar jika virus memiliki tingkat penularan yang rendah dan tingkat serangan lebih tinggi pada anak-anak. Ini kebalikan dari Covid-19,” kata penulis utama studi tersebut, Prof Russell Viner dari UCL Great Ormond Street Institute of Child Health pada The Guarfian.

“Data tentang manfaat penutupan sekolah dalam wabah Covid-19 terbatas tetapi apa yang kita ketahui menunjukkan bahwa dampaknya mungkin hanya kecil dibandingkan dengan langkah-langkah pengendalian infeksi lainnya seperti isolasi," tambahnya.

Viner adalah presiden Royal College of Paediatrics and Child Health. Ia juga mengatakan pada The Guardian, bahwa manfaat yang didapat dari menutup sekolah harus dipertimbangkan.

Baca Juga: Lima Inspirasi Konten di Tik Tok yang Ampuh Usir Bosan Selama di Rumah Aja

“Negara-negara yang menutup sekolah, seperti Inggris sekarang harus mengajukan pertanyaan sulit tentang kapan dan bagaimana membuka sekolah kembali. Intervensi di sekolah, seperti menutup taman bermain, menjaga siswa dalam kelompok kelas, meningkatkan jarak antara siswa di kelas harus dipertimbangkan," kata Viner.

Prof Neil Ferguson, dari Imperial College London, yang merupakan salah satu ahli epidemiologi juga menyatakan bahwa penutupan sekolah manfaatnya masih terbatas.

"Sementara penutupan sekolah diperkirakan memiliki efektivitas terbatas dalam mengendalikan transmisi Covid-19," kata Ferguson pada The Guardian.

"Namun, ketika dikombinasikan dengan jarak sosial yang intens maka itu akan memainkan peran penting," tambahnya.

Robert Dingwall, seorang profesor sosiologi di Universitas Nottingham Trent, mengatakan studi UCL menunjukkan bahwa manfaat kesehatan masyarakat dari penutupan sekolah tidak sebanding dengan biaya sosial dan ekonomi yang dikenakan pada anak-anak dan keluarga mereka.

Ilustrasi social distancing. (Shutterstock)
Ilustrasi social distancing. (Shutterstock)

“Ini juga menggarisbawahi bagaimana asumsi yang digunakan dalam pemodelan pandemi Covid-19 dapat bertumpu pada fondasi yang sangat lemah dalam hal bukti ilmiah," kata Digwall.

"Pekerjaan ini menunjukkan bahwa sekolah-sekolah di Inggris harus mulai kembali secepat mungkin setelah gelombang awal kasus telah berlalu,” tambahnya.

Tim studi UCL tersebut juga berkolaborasi degan Institut Kesehatan Anak, Institut Pendidikan UCL, London School of Hygiene & Tropical Medicine, University of Cambridge, dan University of Sydney.

Studi ini diterbitkan dalam jurnal Lancet Child and Adolescent Health.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI