"Karena di dalam rongga mulut kita pun ada kuman-kuman kan yang berpindah ke masker kain tersebut, kalau keesokan harinya kita pakai masker yang sama kan kumannya stay di masker nanti terhirup lagi," tutur dr. Fariz.
Kuman adalah penduduk alamiah yang normal di dalam rongga mulut. Sehingga jika dia berpindah ke media baru yang lembap, maka jelas tidak baik sifatnya dan harus segera dicuci.
Apabila terpaksa tidak mengenakan masker kain, dr. Fariz menyarankan kita untuk tetap menggunakan alternatif lain seperti buff atau bandana.
Menurutnya dr. Fariz, hal tersebut tidak masalah karena yang menjadi perbedaan hanyalah ketebalan dan sifatnya yang lebih protektif saja.
Baca Juga: Positif Corona, Dokter Klub Ligue 1 Ini Memutuskan Bunuh Diri
"Prinsipnya yang penting ada barrier baru yang bisa membatasi antara udara yang keluar dari rongga mulut dengan lingkungan sekitar. Tapi kalau gara-gara nggak dapat (masker kain) terus dia nggak pakai masker sama sekali ya nggak juga," katanya lagi.
Ia menyebut salah satu kunci sukses dari beberapa negara seperti Republik Ceko yang tidak memiliki lonjakan kasus yang dramatis karena sejak awal warga di sana sudah diimbau untuk mengenakan masker.
Dengan begitu ia berharap, imbauan penggunaan masker kain ini tidak lagi membuat masker bedah langka dan sulit diakses oleh orang sakit dan tenaga medis.