Stres Kronis Dapat Menyebabkan Sindrom Patah Hati, Mirip Serangan Jantung

Selasa, 07 April 2020 | 15:37 WIB
Stres Kronis Dapat Menyebabkan Sindrom Patah Hati, Mirip Serangan Jantung
Perempuan terkena sindrom patah hati (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Stres memiliki berbagai dampak pada kesehatan tubuh, salah satunya kesehatan jantung. Meski tidak secara langsung dapat menyebabkan serangan jantung, stres dapat memicu peristiwa yang terasa seperti serangan jantung.

Insider melaporkan, stres kronis atau yang berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Dan inilah salah satu faktor risiko serangan jantung.

Dalam sebuah studi Current Hypertension Report pada 2010, menyebut stres kronis bertanggung jawab dalam perkembangan hipertensi pada 70% orang.

Stres juga dapat meningkatkan detak jantung, serta memicu perliaku tidak sehat. Seperti minum alkohol atau makan berlebihan yang pada akhirnya berdampak pada jantung.

Baca Juga: Banyak Lelaki Berjenggot, Israel Bikin Masker Khusus Lelaki Berjenggot

Peristiwa yang terasa seperti serangan jantung yaitu sindrom patah hati atau kardiomiopati takutsubo. Ini juga dikenal sebagai kardiomiopati akibat stres.

Seorang pria alami serangan jantung (Shutterstock)
Seorang pria alami serangan jantung (Shutterstock)

Ini terasa seperti serangan jantung, dengan gejala nyeri dada dan sesak napas. Gejala ini muncul tiba-tiba, dipicu oleh peristiwa emosional yang menegangkan seperti kematian mendadak orang yang dicintai.

"Orang-orang mengira mereka mengalami serangan jantung," tutur ahli jantung di Dartmouth Hitchcock Medical Center, Lauren Gilstrap.

Perbedaan yang mendasari sindrom patah hati dengan serangan jantung adalah tidak adanya penyumbatan di arteri jantung.

"Kardiomiopati Takotsubo adalah fenomena yang secara fundamental berbeda dari serangan jantung. Arteri benar-benar baik-baik saja dan suplai darah benar-benar normal, tetapi tiba-tiba, jantung tidak berdetak," jelasnya.

Baca Juga: Hari Kesehatan Dunia, WHO Sebut Butuh 6 Juta Perawat Untuk Melawan Covid-19

Saat kondisi ini terjasi, jantung mungkin tidak memompa secara efisien selama dua hingga empat minggu, tetapi kebanyakan pasien akan kembali ke fungsi jantung normal dalam waktu dua bulan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI