Para peneliti mengukur jumlah radikal bebas yang diproduksi kulit sebagai respons dari paparan tersebut. Mereka juga mengukur seberapa banyak tabir surya yang dapat melindungi dari pembentukan radikal bebas.
Hasil menunjukkan bahwa kedua sinar tersebut dapat memicu pembentukan radikal bebas di kulit, namun sinar yang terlihat memicu dampak yang lebih kecil ketimbang sinar UV. Akan tetapi mereka sependapat bahwa hasilnya belum tentu sama jika menggunakan manusia asli.
Alasan itulah yang menyebabkan beberapa studi terbaru mencoba melibatkan manusia. Seperti pada studi tahun 2010 yang dipublikasikan di Journal of Investigative Dermatology di Mount Sinai West.
Studi ini melibatkan 22 orang dengan berbagai jenis kulit berbeda. Hasilnya, pada peserta dengan kulit berwarna gelap ditemukan adanya hiperpigmentasi yang dipicu oleh sinar terlihat yang berbeda dengan yang disebabkan oleh sinar UVA.
Baca Juga: Sering Lihat Layar Gadget Selama Masa Isolasi Diri? Yuk, Terapkan 20-20-20!
Walau begitu, mereka yang memiliki kulit yang berwarna lebih cerah tidak menunjukkan hiperpigmentasi apapun setelah paparan sinar terlihat.
Meskipun belum terlalu jelas, namun melindungi diri sendiri dari kemungkinan berdampak buruk adalah hal yang baik. Para pakar dermatologi menyarankan untuk menggunakan tabir surya tiap hari (meski Anda tidak keluar rumah).
Pastikan Anda menggunakan tabir surya yang mengandung bahan yang dapat melindungi Anda dari sinar biru, yang sangat efektif menyerap sinar dan terbukti dapat melindungi kulit dari paparan sinar yang terlihat.