Suara.com - Kita semua tahu bahwa sinar ultraviolet (UV) dari matahari jika terpapar terlalu lama tak baik untuk kulit. Namun bagaimana dengan sinar biru yang dipancarkan oleh gadget, seperti laptop dan ponsel? Adakah dampaknya bagi kulit kita?
Mungkin sebagian besar tidak akan terpikirkan bahwa sinar biru yang dipancarkan oleh gadget bisa berdampak pada kulit.
Menurut riset terbaru, sinar biru bisa memicu reaksi pada kulit yang bisa mengarah pada penuaan dan hiperpigmentasi. Tentunya hal ini bisa berdampak lebih besar dengan kondisi social distancing yang kini bisa membuat kita seharian berada di depan laptop ataupun ponsel.
Lalu, apakah sinar biru tersebut? Berbeda dengan sinar ultraviolet yang tidak bisa dilihat langsung, kebanyakan dari kita dapat melihat gelombang sinar antara 380-700 nm, dan sinar biru berada dalam rentang 400-490 nm.
Baca Juga: Sering Lihat Layar Gadget Selama Masa Isolasi Diri? Yuk, Terapkan 20-20-20!
Gadget seperti ponsel, laptop, dan televisi memproduksi sinar biru ini. Akan tetapi masih belum jelas apakah sinar biru yang berasal dari gadget juga bisa menyebabkan risiko yang sama.
Akan tetapi mempertimbangkan kita yang seharian bisa berhadapan dengan gadget terus-menerus, apalagi belakangan ini, mungkin saja bisa terjadi.
Sejauh ini, kebanyakan riset dilakukan di laboratorium dengan melihat sel-sel kulit atau sampel, kata Jenny Hu, seorang profesor dermatologi di Keck School of Medicine of USC, dikutip dari SELF.
Dalam beberapa studi ada yang dilakukan pada manusia, namun secara umum studi tersebut lebih kecil. Yang kita ketahui, dalam kondisi tertentu paparan sinar biru bisa berdampak pada kulit.
Misalnya dalam studi tahun 2006, di mana para peneliti melihat bagaimana beberapa sinar berbeda dapat berdampak pada kulit. Mereka membuat sampel kulit (hanya kulit putih) terpapar sinar yang berada dalam gelombang di atas dan di bawah 400 nm, mensimulasikan sinar UV dan sinar yang nampak.
Baca Juga: Lebih Fatal dari Corona, Simak 3 Tips Atasi Kecanduan Gadget
Penting untuk dicatat bahwa dalam intensitas cahaya dalam studi ini dimaksudkan untuk mereplikasi matahari, bukan dari gadget.