Dokter Ungkap 4 Alasan Anak Muda dengan Covid-19 Bisa Kritis dan Meninggal

Senin, 06 April 2020 | 20:05 WIB
Dokter Ungkap 4 Alasan Anak Muda dengan Covid-19 Bisa Kritis dan Meninggal
Ilustrasi anak-anak muda [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu tren wabah Covid-19 yang paling meresahkan muncul dalam beberapa hari terakhir, yakni kematian anak muda yang tidak memiliki kondisi kesehatan mendasar.

Di Inggris, beberapa anak muda meninggal termasuk bocah 13 tahun dari Brisxton, remaja berusia 19 tahun dan 21 tahun, hingga perawat NHS yang masih berusia 36 tahun.

Kematian mereka mengejutkan keluarga di mana mereka dianggap sehat dan tidak pernah didiagnosis dengan kondisi tertentu sehingga dianggap rentan terhadap Covid-19.

Mengalihbahasakan dari Mirror, jenis baru virus corona memang dianggap paling serius mempengaruhi lansia, para ahli di AS telah berusaha mencari tahu mengapa beberapa orang yang sehat dan lebih muda mulai berada pada tahap kritis.

Baca Juga: Tenaga Medis Berguguran karena Corona, Insan Sepak Bola Sumbang APD

Dr Sanjay Gupta, seorang ahli bedah saraf dan kepala koresponden medis untuk CNN, mengatakan para ilmuwan dan peneliti sedang mengeksplorasi apakah beberapa orang yang lebih muda kritis karena susunan genetik mereka.

Setidaknya, ada empat asumsi mengapa orang dengan usia muda tanpa kondisi yang mendasari bisa mengalami tahap kritis. 

Menurut Dr Gupta, asumsi pertama adalah susunan genetik.

"Satu kemungkinan adalah variasi gen pada gen ACE2. ACE2 adalah enzim yang menempel pada permukaan luar sel di paru-paru, serta jantung," kata Gupta seperti yang dikutip dari Mirror.

Dr Gupta menunjuk sebuah cerita oleh majalah Science, di mana Dr Philip Murphy, dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS menyatakan gen ACE2 mempengaruhi masuknya virus.

Baca Juga: 1.268 Orang di Jakarta Positif Corona, 126 di Antaranya Meninggal Dunia

"Variasi gen ACE2 yang mengubah reseptor dapat membuat lebih mudah atau lebih sulit bagi virus untuk masuk ke sel," kata Dr Murphy.

Para ilmuwan yang terlibat dalam penelitian itu menganalisis DNA pasien yang memiliki kasus Covid-19 yang serius dan tidak ada masalah kesehatan mendasar seperti diabetes atau penyakit jantung maupun paru-paru. Kemudian membandingkannya dengan DNA mereka yang memiliki penyakit ringan atau tidak ada penyakit sebelumnya.

Ilustrasi apa itu Virus Corona Covid-19, gejala, inkubasi dan pencegahannya. (Shutterstock)
Ilustrasi apa itu Virus Corona Covid-19, gejala, inkubasi dan pencegahannya. (Shutterstock)

Dr Gupta mengatakan melalui Mirror, bahwa faktor kedua yang mungkin menyebabkan kematian orang berusia muda karena Covid-19 adalah surfaktan paru berkurang pada pasien Covid-19. Kondisi surfaktan paru adalah cairan yang dikeluarkan oleh sel-sel kantung udara kecil di paru-paru.

Cairan membantu paru-paru untuk mengembang dan berkontraksi secara normal, tetapi ketika persediaan habis sehingga fungsinya terganggu, kantung udara dapat runtuh dan menjadi lebih sulit untuk bernapas.

Dr Gupta melanjutkan, "jika Anda menganggap paru-paru Anda sebagai spons, surfaktan akan menjadi deterjen yang akan membuatnya lunak dan lentur. Namun, tanpa surfaktan, paru-paru Anda menjadi kaku dan sulit ditekan."

"Mungkin itulah sebabnya beberapa pasien terus berjuang bahkan dengan mesin pernapasan," tambahnya.

Asusmsi ketiga adalah persoalan kekebalan tubuh. Para peneliti juga melihat ke dalam sistem kekebalan tubuh manusia dan bagaimana sistem itu merespons virus dan bakteri.

Ada kemungkinan bahwa sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat menyebabkan masalah parah.

"Pada beberapa orang muda yang sehat, sistem kekebalan yang sangat reaktif dapat menyebabkan badai peradangan masif yang dapat membanjiri paru-paru dan organ-organ lain," kata Dr Gupta.

"Dalam kasus itu, bukan sistem kekebalan yang menua atau melemah yang menjadi masalah tapi yang bekerja dengan sangat baik," tambahnya.

Kemungkinan keempat adalah beberapa orang muda berpikir bahwa mereka sehat dan tidak mudah terkena virus. Karena rasa percaya diri berlebih itu, mereka mengambil tindakan pencegahan yang lebih sedikit atau mengabaikan aturan jarak sosial.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI