Dr Gupta mengatakan melalui Mirror, bahwa faktor kedua yang mungkin menyebabkan kematian orang berusia muda karena Covid-19 adalah surfaktan paru berkurang pada pasien Covid-19. Kondisi surfaktan paru adalah cairan yang dikeluarkan oleh sel-sel kantung udara kecil di paru-paru.
Cairan membantu paru-paru untuk mengembang dan berkontraksi secara normal, tetapi ketika persediaan habis sehingga fungsinya terganggu, kantung udara dapat runtuh dan menjadi lebih sulit untuk bernapas.
Dr Gupta melanjutkan, "jika Anda menganggap paru-paru Anda sebagai spons, surfaktan akan menjadi deterjen yang akan membuatnya lunak dan lentur. Namun, tanpa surfaktan, paru-paru Anda menjadi kaku dan sulit ditekan."
"Mungkin itulah sebabnya beberapa pasien terus berjuang bahkan dengan mesin pernapasan," tambahnya.
Baca Juga: Tenaga Medis Berguguran karena Corona, Insan Sepak Bola Sumbang APD
Asusmsi ketiga adalah persoalan kekebalan tubuh. Para peneliti juga melihat ke dalam sistem kekebalan tubuh manusia dan bagaimana sistem itu merespons virus dan bakteri.
Ada kemungkinan bahwa sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat menyebabkan masalah parah.
"Pada beberapa orang muda yang sehat, sistem kekebalan yang sangat reaktif dapat menyebabkan badai peradangan masif yang dapat membanjiri paru-paru dan organ-organ lain," kata Dr Gupta.
"Dalam kasus itu, bukan sistem kekebalan yang menua atau melemah yang menjadi masalah tapi yang bekerja dengan sangat baik," tambahnya.
Kemungkinan keempat adalah beberapa orang muda berpikir bahwa mereka sehat dan tidak mudah terkena virus. Karena rasa percaya diri berlebih itu, mereka mengambil tindakan pencegahan yang lebih sedikit atau mengabaikan aturan jarak sosial.
Baca Juga: 1.268 Orang di Jakarta Positif Corona, 126 di Antaranya Meninggal Dunia