Suara.com - Selama pandemi Covid-19 berlangsung, stres dan rasa tertekan lebih memungkinkan terjadi. Sayangnya, stres akibat pandemi juga bisa berpengaruh pada kesehatan reproduksi, khusunya pada siklus menstruasi.
Sarah Toler, seorang dokter kesehatan keperawatan dan penulis sains, menyatakan kepada Insider bahwa stres bisa melepaskan hormon tertentu pada tubuh, termasuk kartisol.
"Kelebihan pelepasan kortisol dapat menekan kadar hormon reproduksi yang normal," jelas Toler pada Insidet.
Ia menambahkan, "itu berpotensi menyebabkan ovulasi abnormal yang dapat mengganggu siklus menstruasi."
Baca Juga: Mengukur Seberapa Lama Harga Minyak Dunia Menguat
Stres dapat menyebabkan ketidakteraturan, rasa sakit, dan bahkan dapat menghentikan menstruasi. Amone adalah sebutan dari kondisi di mana seseorang tidak mendapatkan menstruasi karena peristiwa traumatis.
Toler menambahkan, stres juga bisa memengaruhi berapa lama menstruasi berlangsung. "Namun, mungkin ada banyak faktor yang berperan jika menstruasi berhenti sama sekali," kata Toler.
"Secara alami, ini (Covid-19) adalah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga sulit untuk mengatakan dengan tepat bagaimana perasaan dan kecemasan yang memengaruhi siklus menstruasi seseorang," katanya.
Dismenore atau menstruasi yang menyakitkan juga telah dikaitkan dengan kondisi stres yang tinggi. "Seperti bekerja di pekerjaan yang tidak aman tanpa banyak dukungan. Orang yang sudah mengalami nyeri haid lebih mungkin terkena dampak seperti ini," kata Toler.
"Penting untuk diingat bahwa kemungkinan wabah ini tidak akan berdampak pada siklus Anda, tetapi Anda dapat memantau setiap perubahan yang mungkin dialami tubuh Anda dengan melacaknya di aplikasi seperti Clue," tambahnya.
Baca Juga: 52 Persen Transportasi di Jawa Timur Lumpuh karena Virus Corona
"Secara lisan, ingatlah bahwa stres kemungkinan besar adalah penyebab dari setiap perubahan pada siklus menstruasi Anda, bukan virus corona itu sendiri," ujar Toler.