Pandemi 1918 Mewajibkan Masyarakat Pakai Masker, Begini Efeknya Kala Itu

Senin, 06 April 2020 | 13:40 WIB
Pandemi 1918 Mewajibkan Masyarakat Pakai Masker, Begini Efeknya Kala Itu
Ilustrasi perempuan memakai masker. (Pixabay/Juraj Varga)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Awal penyebaran virus corona, beberapa negara Asia seperti Filipina dan Taiwan menyarankan masyarakat untuk menggunakan masker. Namun, saat wabah meluas, beberapa negara besar malah tidak menyarankan masker.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak menyarankan penggunaan masker bagi orang sehat. Namun, wacana penggunaan masker kini mulai didengungkan kembali melihat berbagai kasus baru. 

Merangkum CNN, penggunaan masker saat wabah sebenarnya sudah dilakukan pada pandemi terbesar sepanjang sejarah, yakni Flu Spanyol 1918. Wabah tersebut telah menginfeksi sepertiga populasi dunia, yakni sekitar 500 juta orang dengan 50 juta kematian.

Pandemi tersebut menyebar pada masa perang Dunia I melalui tentara di berbagai negara. Amerika Seriat, sebagai negara dengan dampak flu terburuk saat itu gencar meminta agar semua orang menggunakan masker.

Baca Juga: Terpilih Jadi Wagub DKI Jakarta, Riza Patria Akan Dilantik Jokowi

Pada Oktober 1918, San Francisco menerima gelombang kedua pandemi dan rumah sakit mulai melaporkan peningkatan jumlah pasien yang terinfeksi.

Pada 24 Oktober 1918, Dewan Pengawas San Francisco, menyadari bahwa tindakan drastis perlu diambil dengan lebih dari 4.000 kasus.

Dengan suara bulat, anggota dewan akhirnya memutuskan untuk membuat Undang-Undang penggunaan masker saat influennza.

Pemakaian masker di depan umum menjadi kewajiban di wilayah AS untuk pertama kalinya. Jika warga ditemukan tidak menggunakan masker, mereka akan dikenai denda atau hukuman penjara. 

Pandemi flu spanyol (YouTube/Live Science)
Pandemi flu spanyol (YouTube/Live Science)

Kampanye ini berhasil dan kota-kota California mulai mengikuti, termasuk Santa Cruz dan Los Angeles, diikuti oleh negara-negara bagian di seluruh AS.

Baca Juga: Gelar Sidang Pemilihan Ketua MA di Tengah Corona, Ini Penjelasan Hatta Ali

Langkah-langkah serupa juga diambil di luar Amerika. Komite Akademi de Medikal Paris merekomendasikan pemakaian masker di Prancis pada awal November 1918. Begitu juga Dr. Niven, petugas medis kesehatan untuk Manchester di Inggris utara.

Bagaimana Efeknya?

Selama pandemi flu 1918, penelitian ilmiah tentang penggunaan masker sebagian besar masih bersifat anekdot dan sebuah kisah tentang satu kapal laut menarik perhatian orang.

Pada awal Desember 1918, surat kabar Times di London melaporkan bahwa dokter di Amerika Serikat menyatakan influenza ditularkan melalui kontak dan akibatnya dapat dicegah.

The Times mencatat di satu rumah sakit London semua staf dan pasien telah dikeluarkan dan diperintahkan untuk terus-menerus memakai masker.

Surat kabar itu mengutip keberhasilan penggunaan masker di satu kapal.

Kapal laut yang berlayar antara Amerika Serikat dan Inggris telah menderita tingkat infeksi mengerikan yang datang dari New York. Ketika kembali ke Amerika Serikat, kapten memberikan pesanan masker untuk awak dan penumpang.

Saat sampai di daratan, tidak ada infeksi yang dilaporkan pada perjalanan kembali, meskipun tingkat infeksi sangat tinggi. Mustahil untuk mengetahui apakah aturan tentang masker dalam perjalanan kapal tersebut adalah penyebab berkurangnya infeksi.

Pada akhir Desember, kota-kota dan negara-negara di Amerika merasa cukup percaya diri untuk mengangkat masker sebagai salah satu media pencegahan virus.

Meskipun pada tahun 1918 Amerika adalah negara paling lantang dalam mengimbau penggunaan masker, pelajaran itu dilupakan satu abad berikutnya.

Saat wabah corona menyebar, negara-negara Asia lah yang mengingat pelajaran yang dipelajari AS tentang manfaat pemakaian masker dalam memperlambat penyebaran infeksi.

Mungkin itu karena dalam tahun-tahun berikutnya Asia telah menangani wabah kolera, tipus , hingga SARS pada tahun 2003, dan flu burung baru-baru ini.

Wabah-wabah itu telah membantu mempertahankan budaya mengenakan masker. Amerika dan Eropa baru mengalami wabah besar saat Covid-19.

Jadi, tampaknya, gagasan masker sebagai tindakan pencegahan telah melompati kesadaran beberapa generasi. Virus corona mungkin akan mengubahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI