Sarankan Pengujian Vaksin di Afrika, Dua Dokter Prancis Dikecam

Minggu, 05 April 2020 | 18:37 WIB
Sarankan Pengujian Vaksin di Afrika, Dua Dokter Prancis Dikecam
Ilustrasi Vaksin [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dua orang dokter Prancis dikecam masyarakat karena usulannya untuk menguji coba vaksin pada orang Afrika. Usulan itu ia sampaikan pada saluran televisi Prancis LCI saat diskusi tentang Covid-19, Rabu (1/4/2020).

Mengalihbahasakan dari Aljazeera, saat itu pembahasan menyangkut apakah vaksin tuberkolosis BCG bisa digunakan melawan virus corona. Pengujian BGC akan dilakukan di Australia dan Eropa.

"Ini mungkin kedengarannya provokatif, tapi bisakah kita melakukan penelitian di Afrika di sana kan enggak ada masker, tidak ada perawatan intensif, atau pengobatan lain," kata Jean-Paul Mira, kepala unit perawatan intensif di Rumah Sakit Cochin di Paris pada siaran LCI.

"Kita mencoba berbagai hal, karena kita tahu bahwa mereka sangat terbuka dan tidak melindungi diri mereka sendiri?" tambahnya.

Baca Juga: Indonesia Wajibkan Semua Warga Pakai Masker Kain saat Keluar Rumah

Camille Locht, direktur penelitian di lembaga kesehatan nasional Prancis menyetujui pernyataan tersebut

"Anda benar. Dan omong-omong, kami berpikir secara paralel tentang studi di Afrika menggunakan pendekatan yang sama," kata Locht.

Ilustrasi vaksin COVID-19. [Shutterstock]
Ilustrasi vaksin COVID-19. [Shutterstock]

Pernyataan yang disirkan secara publik itu kemudian menuai banyak kritik dari masyarakat.

Pemain sepakbola Didier Drogba adalah salah satu orang yang melayangkan kritiknya. Melalui akun twitter, ia menyatakan bahwa pernyataan kedua dokter tersebut adalah pernyataan yang rasis.

"Afrika bukan laboratorium pengujian, saya ingin dengan jelas mencela kata-kata yang merendahkan, salah, dan yang paling rasis," tulisnya.

Baca Juga: 2.273 Orang RI Positif Corona, Banyak Tertular Tanpa Gejala

Kelompok anti-rasisme, SOS Racism meminta regulator media Prancis, Conseil Supérieur de L'Audiovisuel (CSA), untuk secara resmi mengutuk pernyataan tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI