Pertama, kantor telah ditutup selama sebulan, sehingga kemungkinan akan terkena gelombang permintaan perceraian yang tertunda.
Kedua, banyak orang telah dikarantina dalam jarak dekat, menciptakan lingkungan yang sangat rawan untuk perselisihan perkawinan.
"Sebagai akibat dari epidemi, banyak pasangan telah terikat satu sama lain di rumah selama lebih dari sebulan, itu membangkitkan konflik yang mendasarinya," kata seorang pejabat kesejatan bermara Wang kepada Global Times.
Ini memberikan teka-teki yang menarik bagi para peneliti untuk menentukan apakah waktu yang dihabiskan bersama dalam jarak dekat adalah hal yang baik atau buruk bagi pasangan.
Baca Juga: Anak Muda, Ini 11 Cara Mencegah Lansia Tertular Virus Corona
Pada akhirnya keseimbangan adalah kunci awetnya pasangan. Hal tersebut dinyatakan psikolog Rob Pascale dan Lou Primavera PhD penulis Making Marriage Work.
"Perpaduan waktu dengan teman dan keluarga, waktu bersama sebagai pasangan dan waktu terpisah untuk masing-masing pasangan menambah kualitas perkawinan," kata mereka.
Sayangnya isolasi lebih dari sebulan menghancurkan keseimbangan yang berimbas pada kualitas perkawinan.