Suara.com - Para peneliti mulai mengembangkan asumsi yang menyatakan bahwa orang-orang sehat tanpa gejala menjadi orang yang banyak menularkan virus corona. Mereka menyatakan, bahwa semakin bayak bukti munculnya infeksi dari mereka yang terlihat sehat.
Kondisi tersebut tentu semakin menyulitkan dalam pemutusan rantai penyebaran.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Singapura dan diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS memperkirakan sekitar 10 persen infeksi Covid-19 dipicu oleh orang yang tidak mengalami gejala signifikan. Penelitian tersebut baru diterbitkan pada Rabu (1/4/2020).
Menanggapi penelitian terbaru, CDC mengubah cara mendefinisikan risiko infeksi bagi orang Amerika. Mereka menegaskan bahwa siapa pun bisa menjadi pembawa atau penular Covid-19, meski tanpa gejala. Demikian dilansir dari South China Morning Post.
Hal tersebut membuat jarak sosial menjadi lebih penting untuk menghindari penyebaran infeksi.
Baca Juga: Bupati Banyumas Menginspirasi Ikut Kubur Jenazah Corona, Dapat Bunga
"Anda harus benar-benar proaktif dalam mengurangi kontak dengan orang-orang yang tampaknya sangat sehat," kata Lauren Ancel Meyers, seorang peneliti dari Universitas Texas di Austin.
Studi baru ini berfokus pada 243 kasus infeksi virus corona yang dilaporkan di Singapura dari pertengahan Januari hingga pertengahan Maret. Mereka juga meneliti 157 orang yang tidak pernah berpergian ke luar negeri.
Sebuah studi sebelumnya di provinsi Hubei, China, menunjukkan bahwa lebih dari 10 persen penularan terjadi sebelum pasien yang menyebarkan virus menunjukkan gejala.
Para peneliti juga melihat kemungkinan bahwa kasus-kasus tambahan dipicu oleh orang-orang tanpa gejala yang terinfeksi (asimptomatik). Begitu juga dengan orang-orang yang telah sembuh, namun masih menularkan virus (pra-gejala).
"Masih belum jelas berapa banyak infeksi baru yang disebabkan oleh masing-masing jenis penyebar potensial ini," kata Meyers.
Baca Juga: Kemensos Akan Beri Bansos untuk Warga Jakarta yang Tidak Mudik Saat Lebaran
Pejabat CDC mengatakan mereka telah meneliti infeksi asimptomatik dan pra-gejala, tetapi penelitian masih belum lengkap.