Suara.com - Maraknya bilik disenfektan di berbagai tempat membuat masyarakat berlomba ingin mencobanya agar 'terbebas' dari kuman, termasuk virus corona baru atau SARS-CoV-2.
Namun nyatanya, bilik ini cukup banyak dikritik oleh dokter dan para ahli lantaran dinilai tidak efektif dan justru dapat membahayakan kesehatan.
"Disinfektan itu diperuntukkan untuk benda mati dengan perlakuan yang benar. Disinfektan tidak diperuntukkan untuk tubuh manusia," kata ahli nutrisi dokter Tan Shot Yen kepada Suara.com, Minggu (29/3/2020).
Tidak hanya itu, salah satu bahan yang digunakan sebagai disinfektan, klorin juga tidak direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk disemprotkan ke tubuh.
Baca Juga: Sering Berenang, Ini Tips Atasi Kulit Iritasi Terpapar Klorin
"Menyemprot bahan-bahan kimia seperti itu dapat membahayakan jika terkena pakaian atau selaput lendir, contoh mata dan mulut," jelas WHO.
Mereka juga mengingatkan bahwa alkohol dan klorin hanya berguna sebagai disinfektan pada permukaan, tetap dengan petunjuk penggunaanya.
Tidak hanya itu, inhalasi gas klorin (Cl2) dan klorin dioksida (ClO2) dapat mengakibatkan iritasi parah pada saluran pernafasan.
Dilansir healthy.ny.gov, paparan klorin yang berbahaya adalah hasil dari inhalasi. Efek kesehatannya biasanya dimulai dalam hitungan detik hingga menit.
Umumnya, gejala yang dirasakan setelah paparan klorin adalah iritasi jalan napas, sulit bernapas, sakit tenggorokan, batuk, dada sesak, iritasi mata, dan iritasi kulit.
Baca Juga: Cegah Kulit Iritasi Akibat Klorin Setelah Berenang
"Tingkat keparahan efek kesehatan tergantung pada rute paparan, dosis dan lamanya paparan klorin. Mengirup klorin dalam kadar tinggi menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru, suatu kondisi yang dikenal sebagai edema paru," tulis Departemen Kesehatan New York state.
Perkembangan edema paru mungkin tertunda selama beberapa jam setelah terpapar klorin, tambah mereka.