Ketua IDI: Imunitas PDP Corona Covid-19 Bisa Tekan Angka Kematian

Risna Halidi Suara.Com
Sabtu, 28 Maret 2020 | 07:15 WIB
Ketua IDI: Imunitas PDP Corona Covid-19 Bisa Tekan Angka Kematian
Ketua IDI, dr. Daeng M Faqih, S.H, M.H. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengatakan imunitas sangat berpengaruh dalam kemampuan pasien termasuk pasien dalam pengawasan (PDP) dalam melawan virus corona penyebab sakit Covid-19.

Menurut dia, beberapa kasus PDP yang meninggal dunia sebelum hasil pemeriksaan PCR diterima kemungkinan besar dipengaruhi oleh daya tahan tubuh yang lemah atau penyakit penyerta.

"Kalau imunitasnya baik biasanya meskipun terinfeksi itu imunitasnya masih bisa melawan sehingga tidak jatuh ke kondisi yang buruk. Jadi kemungkinan besar itu adalah faktor imunitas. Yang kedua, memang yang banyak sekarang terjadi kemungkinan besar adalah persoalan berkaitan dengan penyakit penyerta," kata Daeng kepada Antara di Jakarta, Jumat (27/3/2020).

Daeng menuturkan penyakit penyerta merupakan salah satu faktor yang menimbulkan besarnya angka kematian Covid-19 akibat dari imunitas tubuh yang ikut turun.

Baca Juga: Jokowi Hadiri Tahlilan di Hari Kedua Wafatnya Ibunda

Saat imunitas tubuh turun, serangan virus penyebab Covid-19 akan semakin berdampak buruk bagi kesehatan tubuh pasien dan akan mudah memperburuk kondisi pasien.

Di samping itu, Daeng juga mengkhawatirkan pelayanan kesehatan di daerah tidak selengkap di Jakarta, misalnya kurang tersedia alat kesehatan yang berkaitan dengan bantuan nafas ventilator.

Jika alat kesehatan tidak memadai, maka akan sulit untuk memberikan perawatan kepada pasien terutama saat menghadapi skenario terburuk di mana terjadi lonjakan pasien Covid-19.

Oleh karenanya, Daeng mengatakan kapasitas fasilitas pelayanan kesehatan di daerah harus diperkuat agar memadai dalam penanganan penyakit tersebut.

"Kalau pasiennya berlebih, tapi fasilitasnya kurang, kan pasien yang tidak mendapat fasilitas oksigen atau ventilator itu kasihan," tuturnya.

Baca Juga: Sempat Dinyatakan Meninggal, Jantung Politisi PDIP Jabar Kembali Berdetak

Selain menambah rumah sakit untuk penanganan Covid-19, pemerintah juga harus mencukupi peralatan kesehatan di rumah sakit supaya petugas kesehatan bisa merawat pasien dengan baik.

"Kalau bertambah terus pasien, rumah sakit itu tidak akan menampung. Kalau tidak mampu menampung pasti akan menyebabkan kondisi pasien memburuk, misalnya tidak ada ventilator, itu beresiko," tuturnya.

Untuk mencegah bertambahnya kasus Covid-19, maka sumber penularannya yaitu melalui kontak harus dihentikan. Untuk itu, Daeng meminta masyarakat harus konsisten melakukan jaga jarak aman antar orang atau social distancing.

"Tolong jangan dianggap enteng masalah ini karena sumber penularan virus corona ini justru manusia... Yang penting itu manusia ini tidak boleh ketemu manusia lainnya supaya tidak menular terus-menerus," ujarnya.

Andaikata setiap orang membatasi pergerakan dan tetap tinggal di rumah, makan penularan Covid-19 akan berhenti dalam waktu dua minggu atau satu bulan dengan sendirinya.

Hanya saja, ia mengatakan bahwa pelaksanaan isolasi mandiri atau gerakan tetap tinggal di rumah dapat berjalan efektif jika ada pengawalan dan pengawasan untuk memastikan itu terlaksana di lapangan, jadi tidak hanya sekadar imbauan ke masyarakat.

"Karena kalau tidak diawasi kepatuhan masyarakat untuk melakukan 'social distancing' atau diam di rumah atau karantina di rumah itu masih rendah tidak efektif," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI