Suara.com - Temuan kasus positif corona Covid-19 di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto, mengungkap per Jumat (27/3/2020) ini kasus positif menjadi 1046. Korban meninggal sebanyak 87 jiwa, dan 46 orang berhasil pulih atau sembuh.
Lalu, mengapa angka kesembuhan di Indonesia terkesan sangat lambat? Jika dihitung dari total temuan kasus, kesembuhan di Indonesia hanya 4,4 persen.
Ketua Satgas Covid-19 Prof. dr. Zubairi Djoerban Sp.PD mengatakan untuk menyatakan seseorang sembuh dari corona memang tidak mudah. Pasien harus menerima 2 kali pemeriksaan dengan hasil negatif.
"Karena terlalu lama (pemeriksaannya), padahal untuk memulangkan 2 kali tes sudah negatif," ujar Prof. Zubairi saat berbincang dengan Suara.com beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Tambah 11 Orang, Total 46 Pasien Covid-19 Sembuh dan Boleh Pulang dari RS
Di sisi lain, Prof. Zubairi juga menyoroti pemeriksaa spesimen di Indonesia yang terbilang sangat lambat. Bahkan tak jarang pemeriksaan harus dipotong 2 hari libur di akhir pekan Sabtu-Minggu, sehingga minimalnya membutuhkan waktu 6 hari untuk mendapatkan hasil.
"Masalahnya untuk ini juga terkait dengan tesnya, jadi kalau misalnya seseorang dites hari ini, hasilnya lama 3 hari kerja. Sekarang hari apa? Rabu, Kamis, Jumat, kemudian Sabtu libur, Minggu libur. Jadi baru Selasa ada hasil. Terlalu lama," kata dia.
"Kalau di tempat (negara) lain lebih cepat diagnosisnya, 1 sampai 2 hari sudah ada. Kalau di kita 3 hari kerja, tapi bisa berarti 6 hari baru ada hasil," sambungnya.
Adapun mereka yang bisa menjalani pemeriksaan kembali ialah, mereka yang kondisinya signifikan membaik dan sudah tidak ada keluhan berarti. Sehingga spesimennya langsung diambil kembali untuk dikonfirmasi kesembuhannya.
"Kondisi pasien baik, belum bisa dikatakan sembuh kalau hasil tes masih positif," tutupnya.
Baca Juga: Kesaksian Mengejutkan Pejabat Surabaya Sembuh dari Virus Corona