"Sehingga tidak membutuhkan waktu yang begitu lama," tutur Prof Amin.
Prof Amin menyebut untuk produksi vaksin corona covid-19 akan dikonsentrasikan ke suplai dalam negeri terlebih dahulu. Apabila ada kelebihan, maka bisa dijual ke negara lain, dengan pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia sendiri saja sudah cukup banyak.
Untuk kebutuhan pandemi, ada prosedur untuk setidaknya minimal 50 persen dari populasi harus diimunisasi dan masing-masing disuntik dua kali. Prof Amin memperkirakan Indonesia membutuhkan setidaknya 260 juta dosis.
Apabila dari kemampuan produksi dunia Indonesia kebagian satu juta dosis per minggu, maka bisa diperkirakan dibutuhkan 260 minggu atau kurang lebih 5 tahun.
Baca Juga: Jakarta Darurat Corona, Masinton: Opsi Lockdown Efektif Kurangi Penyebaran
"Maka dihitung aja kita butuh berapa minggu untuk men-cover seluruh penduduk Indonesia, setidaknya 50 persen populasinya. Butuh waktu bertahun-tahun," kata ProF Amin.
"Makanya kita mesti punya kemampuan sendiri, karena kalau kita mesti bergantung pada luar negeri, tidak ada yang sanggup mensuplai seperti itu dalam waktu pendek," tegasnya lagi.
Hingga kini, kendala teknis dari pengembangan vaksin belum terindikasi. Akan tetapi Prof Amin mengatakan banyak yang harus dikejar dan perlu menggerakkan semua peralatan yang ada, karena semuanya serba dikejar oleh waktu.
Sembari menanti vaksin, Lembaga Eijkman akan mengembangkan imunisasi pasif, yakni serum antivirus dengan memanfaatkan plasma dari orang-orang yang sudah sembuh dari virus corona Covid-19 tersebut, kemudian setelah dikembangkan akan disuntikkan ke orang-orang yang terinfeksi.
"Kita baru mau mulai, tapi hal serupa sudah diterapkan di China," lanjutnya.
Baca Juga: Nia Ramadhani Keluar Rumah, Ajari Anak Naik Sepeda Hingga Coba Naik Motor
Prof Amin berharap produksi vaksin corona Covid-19 hanya memerlukan waktu sesingkat-singkatnya. Tentu sangat dibutuhkan komitmen dan konsistensi dari semua pihak, termasuk dalam hal pendanaan dan sebagainya.