Suara.com - Ketika banyak negara, termasuk Indonesia, tengah berjuang melawan wabah virus corona baru atau SARS-CoV-2, masih ada jutaan orang yang tidak memiliki banyak harapan untuk mengikuti saran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang mencuci tangan dan social distancing.
Sekitar satu miliar orang hidup dalam kondisi lingkungan kumuh. Fasilitas perumahan mereka cenderung memiliki sedikit ventilasi, drainase, dan fasilitas pembuangan limbah, dengan risiko penyakit menyebar secara mudah.
Celestine Adhiambo, 43, tinggal di daerah kumuh Mukuru di Nairobi bersama suami dan enam anaknya. Mereka tinggal di rumah satu kamar dengan tidak adanya akses air mengalir atau pun listrik.
"Tidak mungkin bagi kami untuk memisahkan anak dari yang lain jika terjadi infeksi. Kami tidak memiliki ruang. Tidak ada ruang di sini. Pemerintah harus membawa orang yang terinfeksi ke rumah sakit," tuturnya kepada BBC, Rabu (18/3/2020).
Baca Juga: Terbaru, Kominfo Temukan 242 Hoaks Virus Corona
Untuk mendapatkan air bersih, mereka harus membelinya. Setiap hari mereka menghabiskan 10 ember air seharga 50 Shilling Kenya (sekitar Rp7 ribu).
Tetapi persediaan air tidak menentu dan pada hari ketika tidak ada air, mereka tidak mandi sama sekali.
"Aku khawatir. Jika virus menyebar di wilayah kami, itu akan mengerikan," kata Adhiambo.
Hal ini juga terjadi pada Shanthi Sasindranath, seorang ibu dari dua anak yang tinggal di pinggiran Chennai, India.
"Jika kekurangan seperti tahun lalu, akan sulit untuk mendapatkan air bersih untuk mencuci tangan kita beberapa kali," tuturnya.
Baca Juga: Detik-detik Mahasiswa IPB Tertular Virus Corona sampai Dinyatakan Positif
Selama kekurangan air keluarganya bertahan hidup dengan membeli air yang tidak diolah dari sumur pertanian berjarak lebih dari 50 km, seperti tahun lalu.
Di wilayahnya masih sangat sedikit toilet umum dan sember air, dia mengatakan orang-orang tidak mengikuti saran kesehatan masyarakat.
"Di kereta lokal, orang-orang batuk beberapa inci dari wajahmu, bahkan tanpa menutupi mulut mereka. Jika aku mengatakan ini, beberapa akan mengatakan maaf, beberapa orang hanya akan berkelahi," sambungnya.
Namun, ia sudah memberi tahu anak-anaknya cara mencegah penularan virus corona, yaitu dengan mencuci tangan secara perlahan dan menyeluruh.
"Saya memberi tahu mereka bahwa mereka harus mencuci tangan setiap kali mereka kembali dari luar, meskipun mereka baru keluar selama lima menit," lanjutnya lagi.
Atas adanya permasalahan seperti ini, dosen pelayanan kesehatan di University of Glasgow di Inggris, Poppy Lamberton, mengungkapkan pemerintah harus meningkatkan langkah besar.
"Beberapa pemerintah miskin, tetapi tidak seburuk rakyat. Dalam kasus wabah, mereka harus mampu mengisolasi seluruh komunitas," jelas Lamberton.
Meski begitu, ternyata penyebaran infeksi Covid-19 di Afrika termasuk lambat.
"Hal baiknya adalah virus tidak menyebar cepat di Afrika. Sebagian besar kasus yang telah dilaporkan berasal dari orang-orang yang melakukan perjalanan kembali dari China atau Eropa. Kami tidak tahu mengapa itu tidak menyebar dengan cepat," kata pakar kesehatan Afrika, Pierre M'pele.
WHO mengatakan penularan lokal tetap rendah di benua Afrika dan penahanan adalah strategi yang tepat dalam mengurangi penyebaran.