Merokok Tingkatkan Risiko Terkena Virus Corona, Bagaimana dengan Vape?

Sabtu, 14 Maret 2020 | 08:05 WIB
Merokok Tingkatkan Risiko Terkena Virus Corona, Bagaimana dengan Vape?
Ratusan orang mengalami gangguan pernapasan dan sesak napas, diduga karena penggunaan produk rokok elektrik alias vape. (Dok. Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Merokok Tingkatkan Risiko Terkena Virus Corona, Bagaimana dengan Vape?

Sebuah studi di China menyebutkan bahwa banyak pasien virus corona Covid-19 di negara tersebut adalah perokok berat.

Hal ini juga didukung pernyataan beberapa pakar bahwa merokok meningkatkan jumlah reseptor ACE 2 yang juga menjadi reseptor virus corona. Sehingga semakin banyak reseptor maka semakin banyak kemungkinan virus menempel dan menyebabkan infeksi.

Namun apakah hal ini juga berlaku pada rokok elektrik atau vape?

Baca Juga: Peneliti: Indonesia Butuh Lebih Banyak Studi Tentang Rokok Elektrik

Disampaikan oleh dr Feni Fitriani, SpP(K), Ketua Pokja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, bahwa ia belum membaca mengenai kaitan vape dengan risiko infeksi virus corona.

Akan tetapi, ia tetap mengimbau bahwa vape bukanlah pengganti rokok konvensional yang lebih 'aman'.

"Karena meskipun kadar-kadar bahan berbahaya dalam rokok elektrik dinyatakan lebih kecil daripada rokok konvensional, jadi bukan berarti aman. Kalau mau aman ya berhenti merokok sekalian," kata dr Feni pada Temu Media di kantor PB IDI Jakarta, Jumat (12/3/2020).

Ia menegaskan untuk tidak membolak-balikkan fakta bahwa karena kandungan yang terdapat di dalam vape lebih sedikit maka lebih aman.

Karena banyak badan kesehatan seperti WHO dan FDA sudah menyatakan bahwa vape bukanlah sarana yang dapat digunakan untuk berhenti merokok, lanjut dr Feni.

Baca Juga: Sering Pakai Vape, Wanita ini Alami Pembengkakan Tenggorokan

Virus corona baru dari China (2019-nCoV) berpotensi mengancam kesehatan global. (Shutterstock)
Virus corona covid-19 menjadi pandemi. (Shutterstock)

Selain itu, ia juga menyoroti soal adanya efek akut yang ditemukan pada rokok elektrik yang tidak ditemukan pada rokok konvensional, yakni EVALI atau e-cigarette or vaping use-associated lung injury (cedera paru akibat penggunaan vape).

EVALI juga bisa menyebabkan kematian dan kerusakan paru-paru yang tak kalah parahnya dengan Covid-19. Meski tidak ditemukan kasusnya di Indonesia, namun bukan berarti kita harus merasa aman.

New York Times mencatat per Januari 2020, ada 2.602 kasus EVALI dan 59 kematian yang diakibatkan di Amerika Serikat. Sebagian besar korban adalah remaja yang berada di rentang usia 10 hingga 19 tahun.

"Jadi kalau mau ada argumen ya rokok konvensional efek jangka panjang baru kelihatan, rokok elektrik kita temukan jangka pendeknya ada," kata dr Feni.

"Karena kita nggak akan bisa terus berdebat mana yang lebih aman, karena kalau mau sehat ya mutlak rokok atau tidak," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI