KLB Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Sikka, Korban Anak Meninggal Tinggi

Kamis, 12 Maret 2020 | 05:10 WIB
KLB Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Sikka, Korban Anak Meninggal Tinggi
Data demam berdarah dengue di Kementerian Kesehatan. (Suara.com/Frieda Isyana)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - KLB Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Sikka, Korban Anak Meninggal Tinggi

Demam berdarah dengue (DBD) masih menghantui Indonesia. Dilaporkan Kementerian Kesehatan RI, hingga Rabu (11/3/2020) total kematian akibat DBD mencapai 104 jiwa.

Dari angka 104 tersebut, 32 kematiam tertinggi berada di Nusa Tenggara Timur, 14 di antaranya berasal dari Kabupaten Sikka. Kabupaten ini juga memiliki kasus tertinggi di tahun 2020, yakni sebanyak 1.216 kasus.

Baca Juga: Kabupaten Sikka Darurat Demam Berdarah, Satu Ranjang Diisi Dua Pasien

"Dalam 10 tahun ini mereka selalu mengalami angk yang cukup besar untuk penyakit DBD. Tapi ya kembali memang faktor perilaku sangat mempengaruhi," papar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi, MEpid, di Gedung Kemenkes, Rabu (11/3/2020).

Kabupaten Sikka masih ditetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB). Status KLB dinyatakan 7 hari setelah SK Bupati yang menyatakan KLB di kab sikka terjadi. Tapi, setelah 7 hari ternyata tren kasus semakin meningkat juga bertambah.

"Karena itu diperpanjang sampe dengan sudah saat ini sudah tiga kali atau tiga minggu dilakukan perpanjangan. Nanti kita lihat apakah minggu ini akan diperpanjang lagi atau sudah bisa memasukk masa tanggap darurat," lanjutnya.

Kematian di Sikka terbilang cukup tinggi dan di antaranya adalah anak-anak di bawah 15 tahun. Hal ini disebabkan tidak semua puskesmas itu tenaga kesehatannya punya kemampuan yang sama, sementara kasusnya sudah sangat banyak.

Kemudian juga ada faktor bahwa ada masyarakat yang tidak mau dirujuk, sehingga terlambat. Nadia menuturkan, ada satu kejadian korban ke-14 meninggal setelah kurang lebih setengah jam di IGD rumah sakit, saat proses ditolong.

Baca Juga: Wabah Demam Berdarah Renggut Satu Nyawa di Bangka Selatan

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi, MEpid, (Suara.com/ Frieda Isyana)
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi, MEpid, (Suara.com/ Frieda Isyana)

Oleh karena itu, ia kembali menjelaskan ada dua faktor yang mempengaruhi jumlah kematian di suatu daerah. Yang pertama tidak boleh terlambat sampai ke rumah sakit, karena puskesmas hanya bisa merawat demam dengue stadium 1 dan 2, selebihnya harus dibawa ke rumah sakit.

"Sikka jaraknya cukup jauh sekitar dua jam untuk merujuk pasien ke rumah sakit. sehingga ketepatan kapan waktu dirujuk itu menjadi kunci," ujar Nadia.

Yang kedua adalah kesiapan layananan di rumah sakit. Pasien menumpuk terutama di IGD akan menjadi risiko besar bagi rumah sakit.

"Demam berdarah itu juga spesifik, dalam kondisi kondisi tertentu tidak bisa dikembalikan kondisinya. Jadi memang ada syok pendarahan dan itu kalau memang sudah berat akan sulit kembali ke kondisi yang baik," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI