Suara.com - Penderita penyakit ginjal kronis (PGK) di Indonesia disebut meningkat hampir dua kali lipat sejak 2013. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar pada 2018, prevalensi PGK sebesar 3,8 per mil setiap wilayah di Indonesia, meningkat dari 2013 yang hanya 2 per mil.
"Diperkirakan angka sebenarnya lebih tinggi dari itu," kata Ketua umum PB Perhimpunan Nefroligi Indonesia (PERNEFRI), dr. Aida Lydia, dalam acara peringatan Hari Ginjal Dunia atau World Kidney Day (WKD) 2020, di Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Aida menambahkan, angka kejadian gagal ginjal yang memerlukan dialisis di Indonesia sekitar 499 orang per satu juta penduduk. Angka itu berdasarkan data dari Indonesian Renal Registry.
Sementara data global pada 2019 diperkirakan 10 persen dari penduduk dunia terkena PGK. Sayangnya, 9 dari 10 orang tidak menyadari telah terkena PGK.
Baca Juga: Duduk Terlalu Lama Berisiko Sebabkan Penyakit Ginjal Kronis, Apalagi Wanita
"Sebenarnya, penyakit ginjal dapat dicegah. Tapi sering pasien kita datang terlambat karena tidak tahu punya gagal ginjal," kata Aida.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengidap gagal ginjal. Namun dua faktor terbesar diakibatkan karena hipertensi dan jantung, jelas Aida.
"Dua penyebab utama, hipertensi 36 persen dan diabetes 28 persen. Penyebab lain juga karena radang ginjal, batu, dan autoimun. Tapi terbanyak dua penyakit ini," ucapnya.
Oleb sebab itu, dianjurkan masyarakat menjaga tekanan darah tetap normal agar tidak menjalar terhadap penyakit lain.
Aida menyatakan, sesuai perayaan WKD 2020, pencegahan penyakit ginjal bisa dimulai dengan aktivitas fisik teratur, mengontrol tekanan darah dan gula darah, menjaga berat badan ideal, makanan sehat, minum air secukupnya, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi obat-obatan tanpa resep dokter.
Baca Juga: Google Kembangkan Kecerdasan Buatan yang Bisa Deteksi Penyakit Ginjal