Corona Covid-19, Ilmuwan Kembangkan Vaksin dari Darah Pasien yang Pulih

Senin, 09 Maret 2020 | 15:50 WIB
Corona Covid-19, Ilmuwan Kembangkan Vaksin dari Darah Pasien yang Pulih
COVID-19 (kuning) di antara sel-sel manusia (biru, merah muda dan ungu), credit: NIAID-RML
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejauh ini belum ada obat yang dipatenkan mampu mengatasi wabah virus corona Covid-19 dari Wuhan, China. Tetapi, darah dari pasien yang sudah pulih disebut bisa mengatasi virus corona Covid-19.

Saat ini sudah lebih dari 100 ribu orang terinfeksi corona Covid-19 secara global. Jumlah kematian akibat virus corona pun meningkat sebanyak 3.500.

Kini, para ilmuwan pun telah berupaya mengembangkan obat untuk membunuh virus corona yang mematikan tersebut. Perusahaan obat di Jepang pun mencoba membuat obat untuk virus corona dari sistem kekebalan tubuh pasien yang sudah pulih.

Takeda Pharmaceutical Co mengatakan akan menggunakan plasma darah orang yang sudah pulih dari corona Covid-19 sebagai bagian dari penelitian mereka.

Baca Juga: ABG Bunuh Bocah Terinspirasi dari Film, Ketahui Batasan Tontonan Anak!

Secara teori, penggunaan protein dari orang yang sudah pulih bisa membuat obatnya bekerja lebih efektif. Sehingga obat dari plasma darah mantan pasien ini bisa mengobati orang yang masih berjuang melawan corona Covid-19.

"Kita tidak mengatakan bahwa hal ini merupakan terapi yang harus dilakukan semua orang. Metode ini ditargetkan hanya untuk pasien yang menderita penyakit kronis," kata Julie Kim, president unit plasma darah Takeda dikutip dari The Sun.

Wabah virus corona (coronavirus) Covid-19. (Shutterstock)
Wabah virus corona (coronavirus) Covid-19. (Shutterstock)

Saat ini, sudah lebih dari 60 ribu orang yang pulih dari virus corona Covid-19. Sementara itu, para ilmuwan di seluruh dunia berupaya mengembangkan vaksin untuk menghentikan penyebaran virus.

Prof. Robin Shattock, kepala infeksi mukosa dan imunitas di Imperial College London, mengatakan tahapnya sudah sampai menguji vaksin pada hewan dengan penelitian pada manusia di musim panas.

Biasanya pendekatan konvensional untuk membuat vaksin membutuhkan waktu sampai 3 tahun. Tetapi, para peneliti telah memangkas waktu pengembangannya menjadi 14 hari.

Baca Juga: Akibat Panic Buying, Penderita Penyakit Langka Ini Kehabisan Tisu!

Pembuat obat di AS Gilead Sciences Inc juga sedang menguji terapi antivirus Ebola eksperimental dan remdesivir pada pasien virus corona di Cina.

Di Wuhan sendiri, Harian China Changjiang melaporkan para peneliti di Universitas Zhejiang telah menemukan bahwa obat Abidol dan Darunavir dapat menghambat virus dalam percobaan sel in vitro.

Lalu, para ilmuwan di Australia juga telah mengembangkan versi virus yang dikembangkan di laboratorium, sebuah langkah besar menuju pembuatan vaksin.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI