Suara.com - Pelaku pembunuhan bocah 6 tahun di Sawah Besar, NF (15) masih dalam proses pemeriksaan kejiwaan. Sebelumnya dikabarkan, NF melakukan tindakan sadisnya itu karena sudah lama menahan hasrat ingin membunuh.
NF melakukan pembunuhan itu karena terinspirasi dari film Chucky dan Slender Man. Kedua film tersebut menampilkan adegan horor dan menyakiti orang, terutama anak-anak.
"Tersangka ini sering menonton film horor. Salah satunya Chucky, Slender Man. Film favorit pelaku Slender Man film tentang pembunuhan remaja,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus di Mapolrestro Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2020).
Bahkan NF pun merasa puas dan tidak menyesal setelah melakukan pembunuhan terhadap bocah 6 tahun. Karena itu, polisi perlu memeriksa kondisi psikologis NF oleh dokter ahli.
Baca Juga: Psikolog Anak: Gadis Pembunuh Harus Dicek Kejiwaan Sebelum Divonis Psikopat
Di samping itu, kasus pembunuhan oleh NF ini mestinya menjadi pembelajaran bagi semua orangtua. Orangtua perlu menyadari bahwa anak belajar dengan cara meniru apapun yang dilihatnya, baik dari interaksi sosial, kehidupan keluarga hingga tayangan film atau TV.
Karena, jaringan otak yang mendukung pembelajaran interaktifnya sudah mulai berkembang sejak lahir. Sehingga orangtua tidak hanya perlu menjaga sikap dan menciptakan lingkungan yang baik, tetapi juga perlu mengawasi tontonan anak sejak kecil.
Umumnya dilansir oleh Hello Sehat, dokter spesialis anak dan pakar kesehatan anak dari seluruh dunia sepakat bahwa durasi nonton TV atau film yang ideal untuk anak usia 2 tahun ke bawah harus kurang dari 1 jam setiap hari.
Sedangkan, anak-anak usia 2 tahun ke atas maksimal menonton TV atau film selama 2 jam per hari. Karena, kelamaan menonton TV atau film bisa menyebabkan dampak buruk bagi anak.
Anak yang menonton TV atau film lebih daru 4 jam per hari, biasanya mengalami obesitas. Sebab, mereka akan cenderung mengemil sambil duduk menonton tayangan TV atau film selama berjam-jam.
Baca Juga: Heboh Kasus Remaja Bunuh Bocah 6 Tahun, Ketahui Ciri-Ciri Anak Psikopat
Selain obesitas, anak juga berisiko menderita penyakit kronis lain, seperti diabetes dan jantung ketika tumbuh dewasa.
Stusi dalam Urban Child's Institute telah menunjukkan bahwa terlalu banyak menonton TV atau film tidak hanya berdampak negatif pada kesehatan anak, tetapi juga perkembangan perilakunya.
Karena, tayangan kartun anak yang memperlihatkan adegan kekerasan juga berisiko memicu perilaku agresif pada anak. Kebiasaan menonton film kartun kekerasan juga mungkin membuat anak tumbuh menjadi antisosial dan psikopati.
Apalagi anak kecil belum bisa membedakan mana yang benar dan salah. Sehingga tayangan TV atau film yang memperlihatkan kekerasan, pertengkaran hingga pelecehan seksual bisa menanamkan pemikiran pada anak di bawah umur bahwa itu hal wajar atau normal.
Pada akhirnya, anak dengan rasa ingin tahu tinggi bisa meniru adegan dalam film di kehidupan nyata. Oleh sebab itu, orangtua perlu menyortir tontonan anak sejak dini.