Akibat Panic Buying, Penderita Penyakit Langka Ini Kehabisan Tisu!

Senin, 09 Maret 2020 | 09:21 WIB
Akibat Panic Buying, Penderita Penyakit Langka Ini Kehabisan Tisu!
Ilustrasi masker. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perilaku panic buying di tengah wabah virus corona Covid-19, nampaknya memberi dampak lebih besar dari sekadar stok masker hingga tisu yang habis. Beberapa orang mungkin merasa kesulitan hingga menderita akibat fenomena ini.

Seperti Peter Oxford, seorang penderita penyakit langka yang kehabisan tisu, padahal ia sangat membutuhkannya. Pria asal Sydney ini menderita cystic fibrosis, dilansir dari Daily Mail.

Baru-baru ini, Peter Oxford sedang menjalani metode pengobatan baru yang membuatnya lebih sering batuk dan mengeluarkan lendir. Karena itu, ia sangat membutuhkan tisu untuk mencegah cairannya mencemari lingkungan atau orang lain setiap hari.

Tetapi, Peter Oxford justru kehabisan dan tak menemukan satu kotak tisu pun di supermarket maupun toko lainnya. Peter pun memohon agar orang-orang tidak menimbun masker hingga tisu di tengah kepanikan corona Covid-19.

Baca Juga: Psikolog Anak: Gadis Pembunuh Harus Dicek Kejiwaan Sebelum Divonis Psikopat

Sampai akhirnya, Peter menulis sebuah pesan atau catatan untuk tetangga apartemennya di lift. Peter memohon kepada tetangganya untuk menukar tisu dengan gulungan tisu toilet miliknya.

Penderita penyakit langka kehabisan tisu (Twitter/@Peter_Oxford)
Penderita penyakit langka kehabisan masker (Twitter/@Peter_Oxford)

"Untuk para tetangga, saya tidak bisa menemukan masker di mana pun, di supermarket kami. Saya sedang sakit fibrosis kistik (cystic fibrosi) dan membutuhkan tisu setiap hari. Apakah ada yang memiliki satu kotak tisu dan bersedia meninggalkannya di depan pintu apartemen saya? Saya akan menukarnya dengan gulungan tisu toilet," tulisnya dalam catatan.

Setelah beberapa jam Peter Oxford menempelkan catatan itu di lift apartemennya, seorang tetangga baik hati pun memberinya sekotak tisu yang diletakkan depan pintunya.

Namun, Peter Oxford tetap saja harus pergi ke supermarket setiap 4 hari sekali untuk mengecek dan membeli sekotak tisu lagi jika tersedia.

"Saya ke supermarket di Roseberry, Greensquare, Waterloo, Zetland hingga Bunnings, tapi tidak ada satu pun kotak tisu. Aku hampir menangis dan sangat cemas karena itu. Orang-orang penyandang cacat dan penderita penyakit kronis dirugikan akibat panic buying," tutur Peter Oxford.

Baca Juga: ABG si Pembunuh Bocah 6 Tahun Suka Siksa Hewan, Benarkah Ciri Psikopat?

Beberapa hari kemudian, Peter Oxford akhirnya menemukan sekotak tisu yang berisi 80 pcs dengan harga lebih dari 3 dollar atau setara Rp 50 ribuan. Harga sekotak tisu yang berisi 80 pcs ini pun 3 kali lipat dari biasanya.

"Biasanya 1 dollar cukup untuk membeli 200 pcs tisu. Saya tidak punya keluarga dan menghidupi diri sendiri. Tetapi, kepanikan akibat virus corona Covid-19 telah menghabiskan lebih banyak uang untuk orang-orang seperti saya," ujarnya.

Kini, supermarket pun telah memberlakukan batasan membeli masker hingga tisu akibat panic buying. Beberapa supermarket membatasi pelanggannya hanya membeli 2-4 kotak tisu dan masker.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI