Suara.com - Saat kecil Ary Krisnawati (44) mungkin tidak pernah menyangka jika ia harus hidup menyambung nyawa dengan melakukan cuci darah dua kali seminggu sepanjang hidupnya.
Hal ini karena kondisi ginjal Ary yang sudah tidak bisa berfungsi laiknya orang normal sejak ia berusia 19 tahun. Ya, di usia tersebut Ary divonis mengalami gagal ginjal.
Ary mengaku sempat mengalami depresi, bahkan merasa dunia runtuh serta berdoa supaya Tuhan segera mencabut nyawanya.
Baca Juga: Setengah Sendok Makan Minyak Zaitun Setiap Hari Baik untuk Jantung
"Saya juga putus asa begitu tahu dibilang gagal ginjal, pasti down putus asa. Waktu itu ingin, ah nggak usah cuci darah mati saja, mengingat biayanya yang sangat mahal," jelas Ary dalam acara diskusi Hari Ginjal Kalbe Farma, di Salemba, Jakarta Pusat, Sabtu (7/3/2020).
Ary bercerita, sejak kecil ia mengalami sesuatu yang disebut anyang - anyangan atau dikenal dengan istilah ISK (infeksi saluran kencing).
Sesaat setelah kencing, Ary selalu merasa tidak puas dan seolah masih ada yang tertahan di saluran kencingnya. "Paling sering di bawah pusar, rasanya ingin pipis, tapi setelahnya nggak lega, airnya juga berwarna keruh, nggak jernih," ungkapnya.
Barulah makin lama gejala semakin berat dan mengganggu aktivitasnya, "Saat itu yang saya rasakan emang badan mudah capek, mual muntah," ungkap Ary.
Tidak Ingin Menyerah
Baca Juga: Update Virus Corona Covid-19: Sembuh 60.190 Orang, Meninggal 3.600 Jiwa
Ary mengaku kerap merasa ingin menyerah. Tapi untung saja dia memiliki keluarga yang senantiasa mendukungnya habis-habisan.
Tak terkecuali sang ayah yang sampai rela menyumbang satu ginjalnya agar Ary bisa meneruskan hidup.
"Transplantasi dari ayah, awalnya ibu mau donor, saudara juga bersedia. Beruntung keluarga support. Pertimbangan, ibu pernah hamil, anti body sudah kaitan, kondisi fisik bapak lebih bagus," jelas Ary.
Tapi, masalah belum usai setelah Ary mendapatkan donor ginjal. Pada dasarnya tubuhnya tidak menolak kehadiran ginjal, tapi sayang pada proses pengobatan ia terserang virus yang membuatnya harus menjalani cuci dari berusia 20 tahun hingga kini 44 tahun.
Virus tersebut juga menyerang bagian otaknya. Akibat kondisi tersebut, Ary kesulitan mengingat apa yang terjadi pada 2005. Jalan satu-satunya kini ialah, ia harus melakukan cuci darah untuk menyambung hidup.
Ary juga beruntung selama pengobatan ia dibantu oleh yayasan asal Belanda, Burung Mayar yang telah membantunya sejak 1999, berselang 4 tahun setelah ia didiagnosa gagal ginjal pada 1995.
Kini setelah tahu bagaimana sulitnya hidup dengan ginjal yang rusak, Ary berharap banyak orang untuk mau lebih hidup sehat dan merawat tubuhnya dengan baik.
"Orang ginjal sehat harus jaga pola hidup sehat, gagal ginjal itu tidak enak," tutupnya.