Titik juga menyebut, virus corona tidak cukup memiliki daya tahan.
“Kalau melihat strukturnya, yang hampir mirip dengan SARS CoV, ditengarai bahwa virus corona tidak tahan terhadap suhu tinggi dan tidak tahan terhadap kelembaban tinggi. Di permukaan kering dengan suhu 22 sampai 25 derajat Celcius, dia bisa tahan sekitar lima hari. Tetapi ketika suhunya meningkat, kemampuannya bertahan turun drastis,” kata Titik.
Titik juga menjelaskan, virus ini mudah dibunuh dengan pembasmi kuman yang biasa dipakai masyarakat saat ini. Penting dilakukan adalah menjaga kebersihan, baik diri maupun lingkungan. Masyarakat juga tidak perlu panik jika ada kasus ditemukan di satu lokasi, karena virus menular melalui cipratan ludah. Jarak terjauh yang bisa dicapai adalah 1,8 meter, sehingga mereka yang berada setidaknya dua meter dari korban, bisa dikatakan relatif aman.
Usia dan Penyakit Penyerta
Baca Juga: 5 Hari Sembuh, Pasien Corona Covid-19 Meninggal Karena Sumbatan Pernapasan
Diwawancarai terpisah, Koordinator Tim Respon COVID-19 UGM, Riris Andono Ahmad kepada VOA mengatakan, virus corona menyerang manusia sebagaimana cacar, flu, demam berdarah, atau demam.
Riris menggarisbawahi bahwa manusia juga bisa diserang jenis flu parah. Sebelumnya, Indonesia juga mengalami sejumlah kasus kematian akibat flu burung. Agar bisa objektif, menurut Riris harus dibaca lebih detail data korban terkait usia dan penyakit penyertanya.
“Terkait dengan virus corona, yang kita tahu kan angka keparahannya kecil, itupun di usia tua dan ada komorbilitas atau penyakit penyerta yang lain, dan karena itu menjadi parah,” kata Riris. [VOA Indonesia]