Suara.com - Semakin berkembangnya teknologi dalam dunia medis tak hanya pada alat-alatnya saja, namun kini juga mulai terbuka untuk menghubungkan satu dokter dengan lainnya. Terutama di Indonesia, para dokter tersebar di seluruh penjuru dan ada yang bertugas di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK).
Keterbatasan informasi dan jauhnya jarak menjadi salah satu hambatan terbesar dalam dunia medis Indonesia. Oleh karena itu, Indranil Roychowdury bersama rekannya, Amit Vithal, membuat terobosan baru lewat aplikasi Docquity.
Kepada Suara.com, Amit memaparkan bahwa sekitar 80 ribu dokter di seluruh Indonesia kini sudah bergabung di dalam Docquity.
"Kami memberikan wadah bagi para dokter untuk saling belajar, saling bertanya, atau saling berbagai pengalaman mereka secara digital. Diharapkan akan membantu meningkatkan pemahaman akan bidang merek," kata pria berusia 42 tahun ini, pada Senin (2/3/2020).
Baca Juga: CEO Reddit Tuding TikTok Sebagai Aplikasi Parasit dan Spyware
Ditambahkan oleh Vice President of Partnership Docquity, dr Karina Andini, Docquity telah bekerjasama secara resmi dengan IDI dan PDGI, mencakup seluruh dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi di seluruh Indonesia.
Mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas, untuk bisa menjangkau hingga DTPK, maka selain bekerjasama dengan IDI dan PDGI, mereka juga bekerja sama dengan beberapa perhimpunan kedokteran di Indonesia yang berada di cabang dan wilayah.
"Dari situ kami bisa menjangkau dokter-dokter yang ada di daerah. Selain itu juga melalui mulut ke mulut, dari dokter yang sudah pernah pakai menginformasikan bisa belajar menggunakan aplikasi ini, membuat kami ada perkumpulan secara organik juga," ujar Amit.
Amit mengatakan tak bisa sembarang dokter bisa bergabung, mereka harus melalui proses verifikasi. Walau memang membutuhkan banyak waktu, namun dalam jangka panjang ke depannya tentu akan sangat bermanfaat. Dr Dini menambahkan, dokter yang bergabung harus memasukkan nomor NPA IDI atau nomor STR (surat tanda registrasi) untuk membuktikan bahwa dokter tersebut memang telah terverifikasi di Indonesia.
Fitur-fitur Docquity
Baca Juga: Tanggal Tua, Aplikasi Reward Bisa Jadi Andalan
Beberapa fitur yang ditawarkan antara lain grup diskusi, obrolan pribadi, menonton webinar (seminar secara online), jurnal gratis, dan juga SKP (sasaran kinerja pegawai) yang lebih mudah secara online. Amit menyebut fitur SKP ini memudahkan para dokter untuk memperpanjang izin tanpa perlu meninggalkan tempat praktek mereka atau harus terbang ke kota lain untuk mengurusnya.
"Jadi dokter itu setiap 5 tahun harus memperpanjang izin prakteknya dengan mengumpulkan 250 SKP. Biasanya SKP ini didapatkan dengan mereka datang ke seminar. Yang namanya dokter di daerah terpencil itu butuh biaya butuh waktu, maka kami sediakan SKP itu dengan misalnya nonton webinar, segala sesuatunya bisa dilakukan secara online tanpa mereka harus datang secara fisik," imbuh Amit.
Apabila dokter di daerah terpencil mengalami kendala koneksi internet, fitur ini juga bisa dijalankan secara offline. Mulai dari memilih resolusi video sehingga mudah diunduh, lalu bisa diputar kembali tanpa menggunakan koneksi internet.
Terkait dengan isu virus corona, Docquity pun menyajikan grup diskusi yang berisi ratusan dokter. Mereka bisa berbagi update, penanganan, ataupun bila menemukan kasus atau suspek. Pihak Docquity juga meng-update harian mengenai jumlah kasus, berapa yang selesai, dan jumlah kematian, serta mengadakan webinar agar informasinya mencapai para dokter-dokter di daerah.
Grup ini juga sudah sesuai dengan standar HIPAA, di mana seluruh informasi terkait dengan pasien hanya bisa dibagikan dalam aplikasi Docquity saja.
"Kami berusaha menjawab tantangan-tantangan yang sekiranya dihadapi oleh para dokter di daerah terpencil. Tantangan awal karena dokter-dokter tersebar di daerah terpencil, sehingga dokter itu tidak bisa terhubung dengan baik satu sama lain. Untuk menjawab tantangan itu, untuk menghubungkan satu dokter dengan dokter lainnya secara digital (dibuatlah aplikasi ini)," tandas Amit.