Salah Kaprah, 5 Mitos Populer Soal Pap Smear yang Tak Perlu Dipercaya

Yasinta Rahmawati Suara.Com
Jum'at, 28 Februari 2020 | 13:26 WIB
Salah Kaprah, 5 Mitos Populer Soal Pap Smear yang Tak Perlu Dipercaya
Pap smear. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Lebih dari 60 tahun, pap smears menjadi praktek ginekologi dalam pencegahan kanker serviks. Semenjak pap smears menjadi bagian signifikan dalam memelihara kesehatan reproduksi wanita, penting untuk mendapat informasi yang akurat.

Namun sayangnya, hingga kini masih banyak berseliweran mitos tentang pap smear. Dilansir dari Business Insider, berikut mitos pap smear yang sering disangka benar padahal tidak.

1. Pap smear sangat menyakitkan

Ini mungkin menjadi mitos paling umum tentang pap smear. Namun sebenarnya, bagi banyak wanita tes pap smear tidak menyakitkan. Memang rasa tidak nyaman pasti ada, sebab ginekolog akan memakai alat untuk membuat vagina terbuka selama prosedur.

Baca Juga: Menunda Pap Smear sampai 10 Tahun, Wanita Ini Didiagnosis Kanker Serviks

2. Pap smear sebelum menikah, artinya tidak perawan

Perlu diperjelas bahwa keperawanan tidak ada dalam konsep medis, ia terbentuk karena sosial, budaya dan agama. Selama ini, banyak orang mengasosiasikan ide keperawanan dengan selaput dara (hymen), sehingga takut tes pap smear akan merusaknya.

Hal itu mungkin dapat terjadi, namun masih sangat tidak mungkin perangkat akan memecahkan selaput dara jika dokter mereka bersikap lembut selama pemeriksaan.

Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock)
Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock)

3. Tidak perlu pap smear jika sudah mendapat vaksin HPV

Meski HPV adalah penyebab utama kanker serviks wanita muda, masih ada banyak faktor lainnya. The American Cancer Society menyatakan bahwa riwayat merokok, infeksi HIV, serta riwayat keluarga kanker adalah semua faktor yang berkontribusi terhadap perubahan prakanker pada serviks.

Baca Juga: Biasa Menyerang Wanita, Kenali Tanda dan Penyebab Erosi Serviks

Ini berarti ada kemungkinan bagi seseorang untuk tetap berisiko terhadap kanker serviks, tanpa pernah tertular virus apa pun yang dilindungi oleh vaksin HPV.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI