Suara.com - Tidak Semua Kasus Usus Buntu Harus Dioperasi, Ini Kriterianya
Jika mendengar kata penyakit usus buntu, yang terpikirkan adalah operasi yang menakutkan. Padahal kata pakar, tidak semua kasus usus buntu harus dioperasi lho!
Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Gastroenterologi Hepatologi, dr. Frieda Handayani K., Sp.A(K) mengatakan ada tolak ukur yang harus dipenuhi sebelum pasien menjalani operasi usus buntu.
"Usus buntu tidak perlu maksudnya kalau memang dia usus buntu, sudah positif usus buntu dia harus dioperasi, tapi terkadang belum usus buntu sudah dioperasi duluan. Jadi kita harus make sure terlebih dahulu bahwa apendisitis (radang usus buntu) dan perlu untuk dioperasi, kalau untuk apendisitis harus operasi," ujar dr. Frieda di Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (27/2/2020).
Baca Juga: Heboh Operasi Usus Buntu karena Mie Instan, Begini Cara Cegah Dampaknya
Bagi orang awam memang sulit untuk mendeteksi gejala harus dioperasi atau tidaknya. Tolak ukurnya harus berdasarkan skoring yang dibuat dr. Frieda yakni angka 1 sampai 10.
Adapun rinciannya 1 sampai 4 sangat mungkin bukan apendistis akut. 5 sampai 7 sangat mungkin apenditis akut, dan 8 sampai 10 dipastikan apanditis akut.
"Makanya harus dipastikan benar berdasarkan skoring yang tadi, kalau untuk awam mengetahuinya agak sulit, karena ada lab, ada USG, dan segala macem," papar dr. Frieda.
Walaupun semua radang usus buntu akut ditandai dengan sakit perut, tapi gejalanya tidak bisa dipastikan hanya dengan itu. Tetap kata dr. Frieda wajib melakukan skoring.
"Skoring itu, supaya membantu melihat benar atau bukan, tapi harus juga dilihat hasil pemeriksaan darah dan USG, karena itu kan sudah baku dan harus dokternya yang menentukan," ungkapnya.
Baca Juga: Benarkah Kurang Minum Bisa Sebabkan Radang Usus Buntu?
"Sekali lagi, yang perlu dioperasi itu dari USG-nya kelihatan dari hasil darahnya kelihatan pemeriksaannya menunjang, berdasarkan skoring tadi," tutupnya.