Menurut Nicole Beurkens, seorang psikolog klinis mengatakan remaja berada dalam tahap di mana hubungan antar teman sebaya dan lingkungannya dinilai sangat penting bagi mereka daripada memikirkan risikonya.
"Mereka juga berhadapan dengan interaksi sosial yang lebih kompleks pada saat korteks prefontal mereka (bagian otak yang bertanggung jawab atas pemikiran tingkat tinggi, pengambilan keputusan dan kendali impuls) belum sepenuhnya berkembang," jelas Nicole.
Karena itulah, menurutnya, banyak remaja tidak memperhitungkan konsekuensi atau risiko dari tantangan di TikTok.
"Mungkin ada pula optimisme yang membuat orang percaya bahwa hal-hal buruk tidak akan terjadi pada mereka. Bahkan mereka sudah mengetahui risikonya sangat berbahaya," tandas Nicole.
Baca Juga: Tak Cuma Hiburan, 3 Perawat Ini Ubah TikTok Jadi Wadah Edukasi