Suara.com - Setelah banjir mengepung ibu kota Jakarta dan sekitarnya pada Januari lalu, kini akhir Februari 2020, banjir kembali menerjang Jakarta, Bekasi, hingga Tangerang.
Berbicara soal banjir, Kementerian Kesehatan RI kembali mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada terhadap penyakit yang disebabkan bakteri dari hewan, seperti kencing tikus atau dikenal dengan leptospirosis.
Leptospirosis adalah penyakit dengan golongan zoonosis, atau penyakit yang ditularkan melalui hewan. Kencing tikus mengandung bakteri leptospira yang bisa berkembang menjadi penyakit meningitis dan bisa berakibat fatal.
Baca Juga: Musim Hujan, Dinkes Sleman Ingatkan Bahaya Mematikan Leptospirosis
Edukasi diberikan kemenkes hingga lingkup terkecil yaitu Puskesmas, yang meminta masyarakat waspada terhadap penyakit-penyakit akibat peralihan musim dari panas ke hujan.
"Ya kita lewat puskesmas kita edukasi kepada masyarakat, jadi, dari musim kemarau masuk musim hujan ya penyakit-penyakit yang terkait dengan banjir. Kalau nggak nanti letospira, karena ada penyakit yang terkait dengan banjir. Kalau dari binatang yaitu diedukasi," ujar Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, dr. Kirana Pritasari, MQIH, di Kemendikbud, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (26/2/2020).
Sayang, kata Kirana, Kemenkes tidak bisa mengontrol semua hingga ke tingkat kabupaten dan kota. Apalagi mengontrol posko-posko kesehatan yang berada di masing-masing wilayah pemerintah provinsi, kota hingga kabupaten. Namun, Kemenkes memastikan memberi dukungan.
"Tapi kan pelaksana semua ada di tingkat kabupaten kota, kita nggak bisa mengendalikan langsung posko-posko itu," katanya.
"Ya kita berikan dukungan ke pemerintah daerah, tapi kita tidak yang bertanggung jawab langsung," lanjutnya.
Baca Juga: Waspadai Leptospirosis, Dinkes Bantul Minta Warga Perhatikan Ini
Sementara itu, hujan yang terus mengguyur sejak Senin, 24 Februari malam hingga Selasa, 25 Februari pagi, membuat sejumlah wilayah Jakarta dan sekitarnya terendam banjir. Ketinggian air pun beragam dari 1 meter hingga 2 meter dan membuat masyarakat setempat membangun tenda pengungsian.