Suara.com - Belum ada tanda-tanda wabah virus corona atau Covid-19 meredup, kini dilaporkan virus tersebut semakin merajalela di daerah Timur Tengah.
Penyebaran ini tentu jauh lebih luas dari pusatnya di Wuhan, China.
Kini total ada 41 negara dan satu kapal pesiar Diamond Princess yang positif terjangkit virus yang disebut-sebut berasal dari kelelawar itu.
Kasus baru pertama kalinya terdeteksi di Swiss, Kroasia, Algeria, dan Austria.
Baca Juga: Virus Corona Sudah Sampai ke Afrika, Aljazair Umumkan Kasus Pertama
Hingga berita ini ditulis Rabu (26/2/2020), dikutip dari laman worldometers.info, data realtime menunjukkan jumlah total kasus infeksi di seluruh dunia mencapai 80.997 orang. Kasus kematian juga semakin meningkat hingga mencapai 2.764 jiwa, sedangkan yang sembuh mencapai 30.054 orang.
Negara dengan kasus terbanyak di luar China yakni Korea Selatan terus mengalami peningkatan kasus. Tercatat ada 313 kasus baru, yang menjadikan total kasus Corona Covid-19 di negara Ginseng tersebut berjumlah 1.146 kasus.
Sementara di Timur Tengah, Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca mengumumkan pada Selasa (25/2/2020) akan mengkarantina sebanyak 132 penumpang dan awak pesawat Turkish Airlines dari Teheran.
Mereka akan dikarantina selama 14 hari dan diperiksa di rumah sakit di Ankara atas kemungkinan tertular virus Corona Covid-19.
Kabar mengejutkan datang dari Iran. Dilansir Antara dari ILNA, juru bicara Kementerian Kesehatan dalam wawancara dengan televisi negara membenarkan bahwa Wakil Menteri Kesehatan Iraj Harirchi terinfeksi virus corona Covid-19.
Baca Juga: Wakil Menteri Kesehatan Iran Tertular Virus Corona
Saat ini, Harirchi sudah dalam penanganan tim kesehatan dan menjalani masa karantina.
Sementara itu, dua lagi warga Iran meninggal, karena virus Corona Covid-19, demikian dilaporkan media daring Eghtesadonline, Rabu (26/2/2020).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan dunia perlu bersiap akan potensi terjadi pandemi virus corona. Akan tetapi, peneliti sekaligus epidemiolog Universitas Indonesia, dr. Syahrizal Syarif, MPH, PhD menyebutkan virus ini kemungkinan akan berakhir pada Mei.
Alasannya adalah karena otoritas China yang juga menyebut wabah usai pada April. Tapi di sisi lain, katanya, tidak semudah itu, karena yang menentukan wabah usai adalah WHO, bukan China.
"Mei itu, sekarang otoritas China berdasarkan data kasus baru per hari, berani bilang April wabah selesai. Saya sebelum mereka berdasarkan kurva, saya udah sebut wabah akan berakhir Mei, paling telat awal Juni," pungkasnya.