Berkaca dari Simalungun, Ini Tiga Bahaya Mengonsumsi Daging Anjing

Selasa, 25 Februari 2020 | 13:35 WIB
Berkaca dari Simalungun, Ini Tiga Bahaya Mengonsumsi Daging Anjing
Kampanye tolak konsumsi daging anjing
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belum lama ini sebanyak 25 warga Nagori Hutahurung, Simalungun, di Sumatera Utara, alami muntah-muntah setelah mengonsumsi daging anjing.

Meski sebagian besar masyarakat menganggap hal tersebut tak lazim, tapi mengonsumsi daging anjing memang telah menjadi budaya kuliner di beberapa wilayah di Indonesia.

Namun hal yang perlu diketahui adalah, ada beberapa alasan mengapa daging anjing sebaiknya tidak kamu konsumsi. Dilansir Suara.com dari laman Epic Animal Quest, sedikitnya ada tiga bahaya yang mengancam jika manusia makan daging anjing. Apa saja?

1. Rabies

Baca Juga: Kementan Luncurkan Buku Panduan Hadapi Penyakit Infeksi Baru dan Zoonosis

Petugas bersiap menyuntikkan vaksin rabies pada seekor anjing di Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (29/11). [ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto]
Petugas bersiap menyuntikkan vaksin rabies pada seekor anjing di Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (29/11). [ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto]

Sebuah studi oleh Wertheim et al pada 2009 menemukan bahwa memotong anjing dan kucing yang tidak divaksin berisiko membuat seseorang terjangkit rabies. 

Studi yang sama juga melaporkan dua kasus manusia tertular rabies setelah mengonsumsi daging anjing dan kucing yang mati. Salah satu dari mereka menemukan seekor anjing mati di jalan dan satu lainnya memotong kemudian memakan seekor kucing yang diketahui sudah sakit selama tiga hari. Tak lama dua orang tersebut meninggal dunia.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Institut Nasional Kebersihan dan Epidemiologi Vietnam (NIHE) di rumah-rumah pembantaian anjing di daerah Hanoi pada 2007, juga menemukan bahwa dua dari sepuluh anjing yang sakit positif terkena rabies.

Studi ini dilakukan setelah temuan sebelumnya bahwa 40 persen korban rabies tidak memiliki riwayat gigitan kucing atau anjing. Namun korban pernah bekerja di rumah pemotongan anjing. Dokter Vietnam mengatakan pembantaian anjing merupakan faktor risiko yang sangat serius untuk penularan rabies.

Sementara itu di Filipina, pada Januari 2008 dilaporkan 30 orang telah menerima vaksinasi anti-rabies setelah mengonsumsi daging anjing rabies dan masalahnya semakin parah di sana.

Baca Juga: Manfaat Dana Desa untuk Cegah Penyakit Infeksi Baru dan Zoonosis

"Siapa pun yang memotong anjing yang telah mati dapat menularkan virus ke diri sendiri. Jika mereka menyentuh mata atau bibir anjing, maka mereka memiliki jejak cairan anjing di tangan mereka," kata Koordinator program pengendalian rabies Departemen Kesehatan, Dokter Luningning Elio-Villa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI